Pentingnya Merawat Keberagaman Indonesia dalam Harmoni

0
1036

EDURA NEWS, JAKARTA – Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengadakan Sekolah Kebangsaan dan Peradaban dengan tema “Bersama Membangun Harmoni” pada Kamis, 12 Agustus 2021. Dr. Wawan Hari Purwanto, SH., MH didatangkan sebagai narasumber pada kesempatakan kali ini.

Acara ini termasuk seri keenam setelah sebelumnya mengadakan Sekolah Kebangsaan dan Peradaban dengan tema “Indonesia Maju: Antara Realita dan Harapan”. Kegiatan digelar secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan secara langsung melalui kanal Youtube Kemahasiswaan UNJ.

Rektor UNJ Prof. Komarudin, M.Si dalam sambutannya mengatakan topik dalam seri keenam ini sangat fundamental untuk bangsa Indonesia yang sangat plural dan multicultural.

“Kemajemukan bangsa Indonesia meurpakan anugerah dan sekaligus kekayaan yang tak ternilai dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa. Di tengah kemajemukan ini, ukhuwah atau persaudaraan, kekeluargaan merupakan sesuatu keharusan yang harus kita junjung tinggi,” ujar Prof. Komarudin.

Kemajemukan bangsa Indonesia ini mesti menjadi penguat kehidupan yang penuh kedamaian, cinta kasih, dan harmoni, bukan memantik konflik dan disintegrasi yang mengancam persatuan bangsa, lanjutnya.

Pentingnya Merawat Keberagaman dalam Harmoni

Kemudian, Dr. Wawan Hari Purwanto memaparkan materinya mengenai topik “Bersama Membangun Harmoni”. Ia mengatakan merawat kemajemukan merupakan hal penting di Indonesia sejak awal kemerdekaan. Tidak mudah untuk menjaga harmoni sosial dan kemajemukan lebih dari 300 kelompok etnis atau suku.

“Nenek moyang bangsa Indonesia sejak dahulu kala terus mengajarkan tentang pentingnya merawat keberagaman dalam harmoni,” ujarnya.

Berbagai literatur sejarah menyatakkan bahwa salah satu kerajaan besar nusantara, yakni Majapahit berhasil merawat keberagaman masyarakat yang umumnya beragama Hindu-Budha. Bahkan, Majapahit mampu mengonversi pluralisme sebagai modal sosial yang dapat membawa pada kejayaan.

Konsep persatuan Nusantara tersebut menginspirasi para pendiri bangsa untuk menyatukan masyarakat. Lahirlah Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia yang diambil dari Kitab Sutasoma, karangan Mpu Tantular yang hidup di zaman kerajaan Majapahit.

“Sepanjang sejarah bangsa Indonesia, masyarakat telah hidup dalam harmoni dan toleransi. Tetapi dalam beberapa dasawarsa terakhir, ada gejala disharmoni karena globalisasi dan disrupsi,” lanjut Wawan.

Untuk menciptakan harmoni, Wawan mengajukan rekomendasi agar institusi pendidikan mempromosikan keanekaragaman sosial budaya di Indonesia sebagai modal utama pembangunan bangsa