Menilik Kembali Arah Pendidikan Nasional

0
164

Judul: Pendidikan Nasional: Arah ke Mana
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Terbit: Juni 2012
Tebal: 308 Halaman

Buku ini diterbitkan dalam rangka pemberian hadiah kepada Prof. H.A.R Tilaar dalam usianya yang ke-80 tahun saat itu. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari para sahabat Prof. Tilaar. Ada sebanyak 25 sahabat Prof. Tilaar yang menyumbangkan pikirannya dalam penulisan buku ini. Kumpulan tulisan ini diharapkan sebagai forum yang nantinya dapat memantik diskusi mengenai masa depan pendidikan Indonesia.

Prof. H.A.R Tilaar adalah pemikir dan praktisi pendidikan yang telah banyak berkontribusi dalam dunia pendidikan Indonesia. Ia adalah tokoh pendidikan yang sangat menguasai ilmu pedagogi. Prof. Tilaar lahir pada tanggal 15 Juni 1932 di Minahasa, Sulawesi Utara. Ia wafat di umurnya yang ke 87 tahun, tapatnya pada tanggal 30 Oktober 2019. Meski raganya telah tiada, pemikiran-pemikiran Prof. Tilaar masih menjadi aset bangsa ini, pemikiran kritisnya terhadap pendidikan nasional menginspirasi banyak pendidik dan pemikir di Indonesia.

Pada tahun 1997, Prof. Tilaar menjadi Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Selain itu, Prof. Tilaar juga pernah menjadi Dekan Fakultas Pasca Sarjana IKIP yang sekarang menjadi Universitas Negeri Jakarta pada tahun 1976-1980.

Prof. Tilaar berperan aktif dalam mendirikan Yayasan Buku Utama, menjadi anggota Badan Pengembangan Buku Nasional, juga merupakan anggota Dewan Riset Nasional sejak tahun 1999 sampai 2004.

Meutia Hatta Swasono menulis pandangannya mengenai Prof. Tilaar dengan judul “Prof. H.A.R. Tilaar: Pendidik yang Budayawan dan Pemikir Masa Depan Bangsa”. Di sana ia menuliskan pemikiran Prof. Tilaar, salah satunya tentang kritiknya mengenai terpisahnya pendidikan dari kebudayaan. Prof. Tilaar memiliki pandangan miltikulturalisme dalam melihat pendidikan Indonesia. Menurutnya, ada dua hal yang harus dikembangkan dalam pendidikan multikultural, yakni membangkitkan toleransi dan mengembangkan trust.

Meutia Hatta juga menuliskan betapa Prof. Tilaar menentang komersialisasi pendidikan yang menurut istilah Prof. Tilaar disebut sekolah “bertarif” internasional? Bjkan sekolah “bertaraf” internasional. Hal ini membuat pendidikan Indonesia kehilangan arah karena ranah pendidikan tidak didesain oleh ahli pendidikan Indonesia sendiri.

Ahmad Syafii Maarif juga turut menuliskan pandangannya mengenai Prof. Tilaar. Menurutnya, Prof. Tilaar tidak pernah diam dalam memikirkan masalah pendidikan, hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya karya yang ia tulis mengenai pendidikan.

Ahmad Syafii Maarif menulis, “Prof. Tilaar tentu sangat gelisah melihat perkembangan moral bangsa Indonesia yang semakin memburuk dari hari ke hari. Bukankah itu semua dapat dikaitkan sebagai akibat dari kegagalan pendidikan?” (Halaman 7).

Saat itu, diterbitkan sejumlah 3 buku oleh Penerbit Buku Kompas sebagai hadiah ulang tahun Prof. Tilaar. Tiga buku tersebut adalah Pendidikan Nasional: Arah Ke Mana?, Pengembangan Kreativitas dan Entrepreneurship dalam Pendidikan Nasional, dan Kaleidoskop Pendidikan Nasional.

Buku ini sangat kaya dengan berbagai perspektif mengenai pendidikan. Banyak pikiran-pikiran kritis nan progresif yang tertuang dalam buku ini. Selain sebagai sahabat Prof. Tilaar, para penulis buku ini juga aktif dalam dunia pendidikan. Meski telah diterbitkan bertahun-tahun yang lalu, bahasan-bahasannya masih tetap relevan untuk pendidikan Indonesia masa sekarang yang sedang terus berjalan menuju arah perbaikan.