Orasi Ilmiah Tiga Guru Besar UNJ : Perspektif Pendidikan dari Konseling,Transformasi Pembelajaran IPS dan Kemampuan Membaca Permulaan

0
381

EDURANEWS, JAKARTA- Tiga guru besar telah ditetapkan di Aula Latief Universitas Negeri Jakarta (15/6). Ketiga guru besar itu adalah Prof. Fahrurrozi, Prof. Awaluddin dan Prof. Arifin Maksum. Pengukuhan ini ditandai dengan orasi ilmiah yang sangat penting membaca perkembangan pendidikan kontemporer hari ini. 

Prof. Awaludin mengawali orasi ilmiah dengan tema “Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam penguatan Karakter Peserta Didik Menghadapi Abad 21”.  Ada pergeseran paradigma dalam pendekatan bimbingan dan konseling era kontemporer ini yakni lebih ke arah perkembangan dan preventif. Bimbingan yang komprehensif memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam aspek perkembangan akademik, sosial dan perencanaan karir. 

Prof. Awaludin menjelaskan bahwa dalam implementasi pendekatan harus menekanan kolaborasi antara konselor dengan komunitas sekolah, orang tua, dan pihak lainnya. 

“Program bimbingan di sekolah diarahkan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi siswa,” ujarnya. 

Secara multibudaya dan proses pembelajaran untuk hidup bersama (learning to live together) ruang lingkupnya berada pada memandirikan individu dalam menavigasi perjalanan hidup peserta didik. Peran guru konseling sangat penting dalam menjalankan satuan pendidikan.

“Peran Guru bimbingan konseling sama dengan guru-guru lain,” tegasnya.

Transformasi Pembelajaran IPS

Prof. Arifin Maksum membawakan orasi ilmiah “Transformasi Pembelajaran IPS Sekolah Dasar dengan Pemanfaatan Teknologi Digital Menyongsong Era Society 5.0”

Era 4.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat membawa permasalahan sosial yang menyangkut budaya kekerasan, perbedaan, ras, agama dan gender.

“Revolusi industri 4.0 dan era society 5.0 bukanlah ancaman,” ucapnya. Diperlukan pembelajaran sosial untuk mengurai permasalahan sosial.

Prof. Arifin Maksum menjelaskan pembelajaran IPS bagi peserta didik sekolah dasar menjadi sangat penting. Namun pembelajaran IPS yang selalu dianggap pelajaran yang verbalistik harus bertransformasi menjadi meaningfull learning dan berorientasi pada kecakapan hidup abad 21. 

“Perspektif baru diperlukan,” ucap Prof. Arifin Maksum. 

Transformasi digital juga telah membentuk partisipasi warga sehari-hari. Dalam pembelajaran IPS isu digital menjadi pembahasan penting.

“Pendidikan IPS dengan pendekatan digital dapat menyentuh sisi emosional,” ucap Prof. Arifin Maksum.

Langkah baru sebagai alternatif diperlukan dengan pendekatan digital. Pembelajaran IPS di sekolah dasar pun diharapakan  dapat menyongsong era industri 5.0 ini. 

Kemampuan Membaca Permulaan

Prof. Fahrurrozi membawakan orasi ilmiah “Model penilaian Kemampuan Membaca Permulaan Siswa Kelas Awal Sekolah Dasar”. 

Indonesia termasuk yang paling rendah dalam melek huruf. Tidak adanya kemampuan membaca menyebabkan minat membaca menjadi rendah.

Inilah mengapa kemampuan literasi membaca bagi siswa kelas awal penting diperhatikan oleh guru. Kemampuan membaca adalah kemampuan unik karena tahap inilah anak akan memiliki kemampuan dalam menyerap ilmu dan pengetahuan. Terutama dalam pembelajaran membaca permulaan. 

“Hasil penelitian kemampuan membaca lanjutan sangat rendah,” ucap Prof. Fahrurozi. Ini disebabkan karena kemampuan pembelajaran membaca permulaan. 

Prof. Fahrurozi menjelaskan kesalahan dalam pembelajaran membaca permulaan sering terjadi karena belum dapat membaca tulisan atau lambang bunyi dengan baik. 

“Dalam membaca bukan hanya mampu membunyikan tetapi bagaimana siswa mampu membunyikan dengan jelas serta jeda yang sangat jelas,” ucapnya.

Guru harus menyadari ada langkah-langkah dalam pembelajaran membaca permulaan. 

“Yang tepat untuk belajar membaca permulaan adalah di kelas satu sekolah dasar,” jelas Prof. Fahrurrozi.

Prof. Fahrurrozi juga menjelaskan pentingnya guru memiliki formulasi penilaian terhadap perkembangan membaca pada siswa SD.  Model penilaian membaca itu terdiri dari  tiga komponen penting yakni visual memory, phonological memory, dan semantic memory

Membaca sambil bermain dengan kartu bergambar adalah salah satu cara yang paling cocok untuk anak. Lambang grafis membantu anak dalam memiliki visual memory.

Selain itu proses pemahaman juga terjadi dalam pembunyian kosa kata. Dalam hal ini yang diasah yakni keterampilan membaca. 

“Ketika berharap anak memiliki kemampuan membaca permulaan langkah-langkah ini menjadi penting,” kata Prof. Fahrurrozi.