EDURA NEWS, JAKARTA – Universitas Negeri Jakarta (UNJ) mengukuhkan tiga Guru Besar Tetap pada Selasa, (15/6). Tiga Guru Besar Tetap yang dilantik adalah Prof. Dr. Awaluddin Tjalla, M.Pd di bidang Ilmu Pendidikan dan Konseling, Prof. Dr. Arifin Maksum, M.Pd di bidang Ilmu Pendidikan Dasar, dan Prof. Dr. Fahrurrozi, M.Pd di bidang Ilmu Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Dasar.
Acara pengukuhan digelar di Aula Latief Hendraningrat, Gedung Dewi Sartika Kampus A, UNJ dengan peserta yang terbatas, juga disiarkan secara daring melalui Zoom dan siaran langsung di kanal Youtube Edura TV.
Rektor UNJ Prof. Komarudin, M.Si dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada ketiga Guru Besar Tetap yang dikukuhkan hari ini atas pencapaian akademik mereka. Ia berharap pengukuhan ini menjadi motivasi untuk terus berkarya dan memberi manfaat kepada semua orang.
“Orasi ilmiah yang akan dibawakan oleh Prof. Dr. Awaluddin, M.Pd, Prof. Dr. Arifin Maksum, M.Pd, dan Prof. Dr. Fahrurrozi, M.Pd akan memberikan kontribusi penting dalam penguatan dan transformasi pendidikan nasional pada abad 21,” ujarnya.
Prof. Awaluddin Tjalla, M.Pd yang akan dikukuhkan menjadi Guru Besar Tetap hari ini merupakan dosen dalam prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UNJ. Dalam kesempatakan ini, Prof. Dr. Awaluddin, M.Pd menyampaikan orasi ilmiah tentang peran guru Bimbingan dan Konseling dalam penguatan karakter peserta didik menghadapi abad 21.
Ia menyampaikan guru memiliki peran menumbuhkan kemampuan serta menuntut peserta didik memberikan perhatian yang cermat untuk mengembangkan keterampilan hidup, di antaranya: (1) Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi, (2) Inisiatif dan pengarahan diri sendiri, (3) Keterampilan sosial dan lintas budaya, (4) Produktivitas dan akuntabilitas, dan (5) Keterampilan dan tanggung jawab.
Ia mengajak melihat bahwa guru Bimbingan Konseling adalah juga bagian dari perspektif tenaga pendidikan, yang saat ini masih ada di dalam implementasi pada perbedaan-perbedaan yang perlu disatukan.
“Oleh karena itu, perubahan-perubahan yang perlu dijadikan sebagai acuan bagi guru Bimbingan dan Konseling adalah pendekatan yang berorientasi pada konteks perkembangan dan preventif,” tuturnya.
Pendekatan holistik yang perlu dijadikan acuan tersebut melihat dari sisi di mana anak dikembangkan, ditumbuhkan, dimanajemeni, tidak lagi pada pendekatan yang sebelumnya berorientasi tradisional pada konteks remedial dan terpusat pada konselor.
Kemudian ia kembali menegaskan pendekatan yang berorientasi pada konteks perkembangan dan preventif mesti dimiliki oleh pada guru Bimbingan dan Konseling. Menurutnya pendekatan ini akan mengembangkan perspektif pada keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.