Membawa sejarah ke masa kini dan masa depan, itulah keinginan banyak orang. Terutama untuk sejarah tentang pernah mengalami keberhasilan, sukses dan kaya. Kita sering “terpesona” tentang kehebatan masa lalu. Dan kita selalu ingin mengulanginya dengan cara yang sama.
Para pemancing sering “terbius” sejarah. Ketika ada seorang pemancing pernah mendapat ikan lele sebesar mobil VW kodok, akan menjadi cerita berkelanjutan. Dan orang ramai ingin menghadirkan kembali sejarah itu. Kebanyakan pemancing selalu meyakini kisah sukses besar itu akan terjadi lagi.
Ketika anda berkuasa atau kaya kemudian jatuh bangkrut, sering kita ingin rebound, membalas kekalahan dengan kemenangan seperti dahulu.
Namun hidup ternyata bukan seperti video player yang dapat maju-mundur dan mengulang sebuah peristiwa yang terekam. Dalam kenyataan, ketika peristiwa lewat, berarti telah menjadi sebuah kenangan, sejarah.
Piramida, Borobudur, Machupichu sebagai bukti kehebatan sejarah masa lalu, ternyata tidak diduplikasi atau dibuat tiruannya. Hal ini mungkin orang enggan melakukannya karena tidak ada kegunaannya dan tidak cocok dengan situasi sekarang. Atau memang tidak bisa.
Perusahaan kamera, foto copy, CPU, mesin ketik dan berbagai produk legendaris lainnya hanya sebagai sejarah yang tidak ingin diulang pembuatannya.
Saya juga tidak tahu, manusia macam saya, anda atau siapa saja. Apakah kita akan dijadikan role model yang akan dijadikan contoh atau direplikasi oleh generasi anak anak kita, atau kita hanya akan menjadi sebagai catatan sejarah bahwa kita pernah hidup dan tidak layak hadir dalam masa kini dan mendatang. Meskipun sekedar kisah hidupnya.
Nabi pembawa risalah agama yang banyak pengikutnya adalah orang yang sangat istimewa, karena menjadi manusia yang akan selalu “dihadirkan” sepanjang zaman dan selalu akan direplikasi atau dicontoh perbuatannya dari zaman ke zaman.
Dan kita sebagai pemeluk agama, akan selalu menghadirkan peristiwa sejarah masa lalu nabi kita, dijadikan referensi kehidupan kita.
Saya melihat sebuah CPU atau komputer jadul di rumah saya, yang “perkasa” pada zamannya sekarang hanya menjadi pemadangan yang menyesakan mata, tidak berguna dan membuat ruang sesak dan terasa ingin dienyahkan saja. Sejarah kehadirannya sepertinya tidak penting untuk diingat. Semoga di hari tua kelak saya tidak akan bernasib seperti CPU. Hadir sebagai sisa sejarah yang mengganggu kehidupan anak cucu saya.
Semangat hari Senin.
BSA/13/7/20