Tahun 1920-an Adi Negoro menuliskan semacam reportase perjalanan ketika melawat ke Belanda. Bagaimana pandangan Adi Negoro mengenai Kota Utrecht?
EDURANEWS, JAKARTA- Amirudin Bagus Kahfi, anak muda kribo itu menjadi perbincangan hangat di media massa. Pemain sepak bola kelahiran Magelang 2002 itu kini bergabung dengan FC.Utrecht. Kemampuannya mengolah si kulit bundar, memiliki kreativitas dan teknik yang tinggi telah menerbangkannya ke Utrecht, Belanda.
Utrecht bukanlah kota yang asing bagi Indonesia, di masa lalu kota ini adalah pelabuhan para mahasiswa, ahli hukum, jurnalis yang belajar mendalami ilmu.
Adi Negoro adalah salah satu jurnalis di masa lalu yang membuat reportase perjalanan dan diabadikan dalam bukunya ‘Melawat ke Barat’. Bagi Adi Negoro, Utrecht adalah kota olahraga dan mahasiswa. Di masa lalu, orang-orang Indonesia mengenal Utrecht sebagai salah satu kota pusat peradaban.
Adinegoro ingat betul mengenai kota ini.
Bagi Adi Negoro Belanda dan kota-kotanya termasuk Utrecht adalah negeri di atas angin. Adi Negoro mengabarkan,
“Orang jang selama hidupnja ada di Indonesia atau di daerah jang tiada djauh letaknja dari chattulistiwa, suka mengetahui bagaimana perubahan alam di negeri di atas angin. Empat kali dalam setahun alam di sana berubah-ubah. Tidak sadja matahari melereng langit atau diubun-ubun kepala, tetapi perubahan itu njata pula pada pohon kaju dan bunga-bungaan,” tulis Adi Negoro di buku “Melawat Ke Barat” (Balai Pustaka, 1950)
Keadaan Geografis kota Utrecht dengan musimnya digambarkan dengan baik oleh Adi Negoro. Utrecht adalah kota yang memperkenalkannya dengan ‘sport berdjalan’, sebutan bagi Adi Negoro mengenai kebiasaan untuk olahraga dengan berjalan. Adi Negoro membandingkan dengan olahraga berjalan seperti mendaki yang sering umum dilakukan oleh Orang Indonesia karena memiliki banyak pegunungan.
Universitas Utrecht
Menurut Adi Negoro, Utrecht adalah kota yang pertama kali memikirkan mengenai konsep sekolah tinggi di Belanda. Tahun 1470 di Utrecht diadakanlah sebuah Komisi untuk membicarakan mengenai akan didirikannya universitas. Namun perselisihan menyebabkan mengurungkan niat itu, hingga kota Leiden yang pertama kali didirikan Universitas.
Kala itu Adi Negoro mendatangi Universitas Utrecht,
“Di muka Universiteit itu sebelah kiri terdiri patung Graaf jan van Nassau. Graaf Jan van Nassau ialah saudara Prins Willem I. Kedua saudara itu bekerdja bersama-sama memerdekan ytanah Belanda dari pemerintahan orang asing (Sepanjol). Jan van Nasssau itulah jang amat keras mendjalankan politik persatuan, hingga pada 23 Januari 1579 terdjadilah Unie van Utrecht, persatuan dari 7 buah provinsi,” tulis Adi Negoro menggambarkan sekilas mengenai sejarah sosial politik Utrecht.
Adi Negoro menuliskan cerita mengenai universitas Utrecht dengan sangat detail. Membaca karangannya seperti diajak untuk berjalan-jalan mengelilingi Universitas Utrecht. Kala itu ia menggambarkan gedung, lorong, aula, menara-menara.
“Kalau kita masuk,” tulis Adi Negoro, “kelihatan di atas pintu gerbangnja tertulis sebuah sjair dengan bahasa Latin, maknanja: Segala matjam sinar mendjadikan tjahaja matahari. sedemikianlah segala ilmu pengetahuan menimbulkan satu thajaya jang terang,” tulisnya.
Melihat-lihat gedung telah membuatnya kagum dengan pengajaran di Universitas Utrecht. Adi Negoro kagum mengenai cabang ilmu pengetahuan seperti botani dan zoologi. Bagi Adi Negoro, kebun tanaman yang ada di universitas itu menjadi bagian pengembangan ilmu pengetahuan yang penting.
“Dalam kebun itu banjak tanaman-tanaman jang aneh-aneh. Gunanja di tanam di sana, supaja student-student dapat memperhatikan keadaan segala jang dipelajarinja,” tulis Adi Negoro yang juga terheran-heran dengan Gingko Bilobalah dari Jepang.
Di dekat kebun itu pula ada Botanisch Laboratorium sebuah gedung yanag digunakan untuk penelitian tanaman.
Selain itu setiap profesor memiliki ruangan pribadi yang setiap ukiran nama di ruangan itu memusingkan kepala pembaca termasuk Adinegoro.