Sekolah Penggerak : Kuncinya Kolaborasi Seluruh Elemen Sekolah

0
2404
Education, graduation, awarding concept. Awarding successful graduate students in school or college with diplomas. Young graduates of the university received bachelors degrees. Simple flat vector.

EDURANEWS, JAKARTA- Program Sekolah Penggerak diluncurkan Mendikbud Nadiem Makarim. Bagi Nadiem, Sekolah Penggerak akan menjadi jalan akseleratif dalam terciptanya ekosistem pendidikan yang sesuai dengan visi pendidikan Indonesia dalam mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat mandiri dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar pancasila. 

Program sekolah penggerak berfokus pada terciptanya pengembangan hasil belajar siswa secara holistik yang mencangkup kompetensi (literasi dan numerasi) dan karakter, diawali dengan SDM yang unggul (kepala sekolah dan guru).

Kepala sekolah dan Guru dianggap menjadi motor dalam menumbuhkan kompetensi dan karakter yang dapat dikembangkan. Nadiem juga mengingatkan ekosistem sekolah yang baik bukan untuk menumbuhkan kompetensi, namun menumbuhkan kolaborasi.

Kuncinya Kolaborasi

Kolaborasi inilah yang dapat menumbuhkan ekosistem sekolah yang sehat dalam artian pengetahuan, inovasi dapat ditumbuhkan bersama. Diperlukan kolaborasi antar seluruh elemen warga sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, murid, dan orang tua.

Di kelas, pengetahuan harus dipahami tidak lagi tunggal ada di guru tetapi ada juga di semua murid. Di sinilah kolaborasi antar guru dan murid. Kolaborasi juga dapat memperkaya sumber belajar antar guru dan murid. Apalagi di zaman digital, murid berlari begitu kencang dengan pencerapan ilmu pengetahuan dari mana saja ; youtube, line, twitter, ataupun tik-tok.

Kolaborasi tercipta dari murid yang mememiliki pengertian dalam memahami medsos (dalam arti digunakan untuk kegiatan belajar/mengajar) saling menciptakan pengetahuan dengan saling berbagi pengalaman belajar yang mungkin saja itu bisa menghindari pelajaran yang itu-itu saja,membosankan dan terkesan teks books.  

Selain itu, perlu adanya pemutusan kuasa hirarkis antara kepala sekolah dan guru. Hubungan kuasa yang timpang antar kepala sekolah dan guru menyebabkan mandeknya sekolah dalam menciptakan ekosistem sekolah yang baik. Perlu adanya hubungan yang setara antara kepala sekolah dan guru dalam menciptakan program-program sekolah yang menunjang pembelajaran yang turut aktif menciptakan ekosistem belajar yang mandiri dan relevan.

Nilai Kolaborasi

Kita sadari kolaborasi akan mempercepat penyebaran pengetahuan yang menarik, dapat dipelajari oleh siapapun yang menjadi kawan belajar. Kolaborasi memiliki semangat dalam menumbuhkan belajar mengenai apa saja. 

Di antara guru muda dan senior juga diperlukan kolaborasi diantara keduanya. Untuk menghindari gap pengetahuan bagiamana menggunakan perangkat belajar yang berbasis teknologi misalnya.

Di level siswa, kolaborasi dapat ditumbuhkan dalam kelompok belajar. Di dalam kelompok belajar inilah kemampuan siswa dalam berbagi pengetahuan. Guru harus menekankan nilai yang ditumbuhkan bukan untuk mendapatkan nilai pelajaran semata tapi bagaimana ruang belajar dalam kelompok belajar ini dimanfaatkan untuk menumbuhkan secara aktif nilai saling silang berbagi pengetahuan dan menumbuhkan sikap critical thinking

Kolaborasi juga memang dapat ditumbuhkan dalam level kompetisi. Biasanya kolaborasi antar siswa terjadi dalam level kompetisi. Misalnya siswa mengikuti perlombaan penelitian karya ilmiah. Kompetisi ini harus dipahami bukan untuk menentukan menang dan kalah, tetapi wahana di mana siswa belajar berorganisasi; memahami dan menghargai pendapat teman-temannya, belajar mengurai masalah dengan pemikiran yang inovatif, pematangan ide dengan juri dan mentor.

Dalam hal inilah kompetisi dipahami sebagai menumbuhkan nilai-nilai kolaborasi yang ditumbuhkan adalah bagaimana membentuk ekosistem belajar yang baik antar murid.

Dalam hal ini pemupukan nilai-nilai itu bisa dimulai dari kelompok belajar sehari-hari dalam mata pelajaran apapun. Karakter yang ditumbuhkan dari nilai-nilai saling berbagi pengetahuan dalam diskusi, pemecahan masalah hingga menimbulkan pemikiran kritis.  Jika nilai-nilai itu sudah tumbuh dalam diri sekolah, maka dengan sendirinya sekolah akan menjadi penggerak ekosistem sekolah yang mumpuni, inovatif, dan tentunya demokratis.