Bagaimana Abdul Rivai menerangkan keadaan pendidikan dan pengajaran di Hindia ?
EDURANEWS, JAKARTA- Abdul Rivai dilahirkan di Palembayan, Agam, Sumatera Barat tahun 1871. Orang-orang mengenal Abdul Rivai sebagai dokter dan wartawan. Setelah lulus dari sekolah kedokteran Stovia, ia sempat menjadi seorang dokter pemerintahan di Deli.
Waktu ke waktu Abdul Rivai mampu mengumpulkan uang untuk berangkat ke Belanda untuk melanjutkan sekolah di tahun 1899. Dari hidupnya itu, Abdul Rivai tak jauh dari kegiatan jurnalistiknya, mengurusi koran dan majalah, kursus bahasa dan mengirimkan artikel-artikel kontroversial.
Kemauannya untuk kursus bahasa-bahasa asing telah membentuknya menjadi seorang mahasiswa yang mampu menulis dalam bahasa asing. Ia pun kembali mengasah kemampuan jurnalistiknya, mengirimkan artikel ke koran-koran, dan mendirikan majalah sendiri seperti Pewarta Wolanda yang sudah diniatkannya di tahun 1898.
Koran dan majalah adalah media ampuh yang mampu menarik minat orang-orang di Hindia untuk belajar di Belanda.
Artikel-artikel di koran dan majalah mengenai penggambaran negeri Belanda telah banyak menarik minat para anak-anak muda di Hindia untuk berbondong-bondong menjadi mahasiswa. Di awal-awal tahun meledaknya orang-orang dari Hindia untuk belajar ke Belanda waktu itu memang masih di dominasi dari kaum ningrat.
Menjadi Guru
Selama di Belanda, selain mengurus majalah dan koran-koran, Abdul Rivai juga menjadi guru dan mengajar bahasa Melayu pada kursus bahasa Berlitz. Abdul Rivai juga memperkenalkan dan menerjemahkan salah satu roman karangan sastrawan naturalis Emilie Zola dalam bahasa Melayu.
Tujuannya menulis dan menerbitkan majalah-majalah tak lain untuk mendekatkan Hindia dengan tuannya (Belanda). Majalah-majalah yang diterbitkannya sempat serat pembaca. Meskipun begitu Abdul Rivai merasa majalah-majalah yang diterbitkannya sampai kepada tujuaannya yakni menyebarkan pengetahuan tentang negeri Belanda.
Meskipun artikel-artikel yang ditulisnya banyak dikutip oleh pers Melayu di Indonesia, Abdul Rivai tidak mendapatkan bayaran, ia pun sulit untuk menghidupkan majalah Pewarta Wolanda yang mengandalkan penghidupan dari satu redaksi yang terkadang satu orang merangkap jabatan. Pun para pembacanya di Hindia yang jauh nun di sana tak tertib membayar. Abdul Rivai pun terpaksa menutup majalah Pewarta Wolanda tahun 1901 yang sudah mendengung di Hindia selama tiga tahun.
Pengajaran dan Pendidikan bagi Hindia
Abdul Rivai memang termasuk penulis dan pemikir yang cemerlang, mampu menggambarkan keadaan sosial dan pendidikan di Hindia.
Kala itu, tulisan-tulisan Rivai banyak tertuang dalam koran-koran Belanda. Rivai banyak menggambarkan keadaan Hindia waktu itu. Salah satu seri dari empat artikel berjudul,“Kepercayaan orang Pribumi di Hindia” yang ditulisnya banyak menimbulkan kontroversi. Namun inti argumen dari Rivai adalah bahwa pengajaranlah yang dapat mengantarkan rakyat ke arah kemajuan, bukan agama Islam atau Kristen.
Menurut Rivai, buku-buku pelajaran yang menggugah dan bermanfaat serta bersifat pengajaran yang diperlukan untuk “mendorong orang pribumi berpikir dan memperhatikan”. Tentunya buku-buku itu ditulis berdasarkan bahasa sehari-hari orang pribumi.
Suatu ketika, Abdul Rivai menulis sebuah artikel “Demoralisasi orang Jawa”. Rivai menggambarkan orang-orang Jawa yang waktu itu seperti sengaja untuk tidak dilatih dan diberi pengetahuan seperti orang-orang Belanda.
Keadaan bencana kelaparan yang terjadi di Hindia itulah yang menjadi bahan yang digunakan Abdul Rivai menulis artikel-artikel sekaligus menjadi kritik tajam mengenai keadaaan yang berbanding terbalik dengan negeri Tuannya.