Pendidikan Karakter Anak di Masa Pandemi Mutlak Libatkan Keluarga

0
374

EDURANEWS, JAKARTA – Dalam menyelenggarakan pembelajaran di era pandemi covid-19, lembaga pendidikan dan orang tua harus bekerjasama untuk membentuk karakter peserta didik. Karena banyak tantangan yang harus dihadapi dalam menutup kesenjangan karena pengaruh informasi digital yang negatif.

Sekolah Tinggi Keguruan & Ilmu Pendidikan (STKIP) Al Azhar Diniyyah, Jambi, Indonesia, menyelenggarakan Webinar Internasional bertajuk “Penguatan Pendidikan Karakter Anak pada Masa Pandemi”. Tema ini diangkat sebagai respon atas problematika pembelajaran pada masa pandemi dan substansi pendidikan karakter kepada anak.

Bertindak sebagai moderator yaitu H Abd. Muhaimin El yusufi, B.Sy.E., M.E., sementara sebagai keynote speaker yaitu Rektor Universitas Yarsi Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph.D. dan Dekan Fakultas Pendidikan & Sains Sosial (FPSS) Universitas Selangor, Malaysia, Dr. Muhammad Bin Daoh. Sementara sebagai pembicara yaitu Director of Centre for Promotion Knowledge and Language Universiti Islam Sultan Sharif Ali UNISSA Brunei Darussalam

Ketua STKIP Al Azhar Jambi Dr. Dra. Wiwik Pudjaningsih, M.Pd.I. mengatakan seminar ini memberikan solusi pembentukan karakter. Sebagai institusi pendidikan Al Azhar Jambi memiliki misi untuk pembinaan terhadap peserta didik yang berkarakter islami. Hal itu sejalan dengan kegiatan pembinaan dan pendidikan yang diselenggarakan.

“STKIP Al Azhar Diniyyah Jambi berkomitmen membentuk karakter kepada para peserta didik. Dengan biaya kuliah terjangkau dan fasilitas penunjang yang lengkap dengan SDM pendidikan yang berkualitas,” tutur Wiwik.

Ketua Yayasan Al Azhar Jambi Hj. Rosmaini, M.Pd.I mengatakan pandemi memberikan tantangan tersendiri bagi pendidikan. Situasi ini harus dihadapi dengan adaptasi pada penyelenggaraan pengajaran.

“Mudah-mudahan seminar ini memberikan manfaat kepada kita semua,” tutupnya dalam sambutan pembuka acara seminar.

Rektor Univ. Yarsi Fasli Jalal mengatakan pembelajaran di masa pandemi memiliki beberapa kendala antara lain suasana, fasilitas, mood, ruang, waktu, dan sosial. Semua kendala itu bermuara pada kesenjangan pasokan antara satu peserta didik dengan yang lainnya. Sumber daya ekonomi keluarga menjadi sekat dalam hal ini.

Solusinya harus didorong dari lingkungan untuk bisa mendukung pembelajaran yang optimal. Selain tentu saja kebijakan dari pemerintah dalam meminimalisir keterjangkauan siswa di kelas ekonomi menengah ke bawah. “Pendidikan karakter memerlukan communities of character yang terdiri dari keluarga, sekolah, institusi keagamaan, media, pemerintah, dan berbagai pihak”, ungkapnya.

“Tapi yang paling utama adalah keteladanan,” lanjut Fasli Jalal.

Masalah yang sering terjadi dari orang tua kepada anak adalah mengelola emosi dan penerapan teknik komunikasi efektif dalam keluarga. Banyak orang tua yang kaget ketika harus berperan sebagai pendamping anak ketika belajar di rumah. Maka beban dalam menjadi pendamping harus dilandasi dengan sikap welas asih.

Selain itu, Fasli Jalal juga menekankan selain pendidikan karakter berupa moral, perlu juga menanamkan karakter berupa etos kerja. Hal itu meliputi kerja keras, tekun, kerjasama, kreatif, inovatif, visioner, , dan tanggung jawab.

Dekan Fakultas Pendidikan & Sains Sosial (FPSS) Universitas Selangor, Malaysia Dr. Muhammad Bin Daoh mengatakan objek utama pendidikan adalah mengekalkan fitrah kemanusiaan dan kembalikan fitrah yang hilang kepada manusia. Usaha penguatan pendidikan karakter mesti melalui proses yang panjang. Pembentukan bermula dari kecil di mana anak soleh berbakti kepada orang tua.

“Mendidik anak soleh yaitu mendidik anak sedari dalam kandungan, mengikuti nasihat agama, menyambut kelahiran dengan kalimah lailahaillahh, memberi nama baik, membesarkan anak mengikuti Al Quran dan Sunnah.” tambahnya dalam paparan.

Selain itu, Muhammad Bin Daoh juga memaparkan langkah penguatan karakter yaitu diajarkan aqidah, melakukan ibadah sejak umur 7 tahun, cinta Rasulullah, meyakinkan anak dengan kehidupan akhirat, dan menghidupkan kelas Al Quran dan Agama. hal itu harus juga dikemas dalam aktivitas yang menarik dan menggembirakan, dibiasakan untuk betah tinggal di rumah, bermain yang bermanfaat.

Director of Centre for Promotiion Knowledge and Language Universiti Islam Sultan Sharif Ali UNISSA Brunei Darussalam Dr. Haji Hambali bin Haji Jaili mengatakan Brunei juga terdampak Pandemi Covid-19, dalam masa itu pendidikan mengalami culture shock, baik itu guru, murid, dan orangtua.

“Kesulitan menumbuhkan minat dan motivasi belajar pada anak,” tuturnya.

Ia menceritakan bagaimana penyelenggaraan pendidikan di Brunei di mana karakter sangat ditekankan di Sekolah. Brunei menyelenggarakan dual pendidikan yaitu Sekolah Umum dan Sekolah Agama. Semua wajib bagi masyarakat.

Dalam konsep pendidikan wajib, jika ada orangtua yang enggan mengantarkan anaknya padahal sudah masuk sekolah, maka dihukum sebesar Rp5 juta atau dipenjara selama 1 tahun lamanya. Pendidikan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah. Sehingga masyarakat harus ikut peraturan yang sudah dibuat.

Kesimpulan dari seminar ini adalah dari banyaknya tantangan yang harus dihadapi dalam menutup kesenjangan pandemi covid-19, penyelenggaraan pendidikan harus tetap berjalan. Karena kita tidak tahu kapan ini akan berakhir. Suatu yang pasti adalah terus berusaha untuk tetap berjuang mendidik generasi penerus.