Dari hari kehari guru honorer masih menjadi tumpuan dalam pelaksanaan pendidikan hari ini. Mereka masih terjebak antara profesionalisme dan status. Gaji dan beban kerja yang timpang masih menghantui kehidupan guru honorer. Terkadang mereka harus bekerja ekstra lebih di tengah gaji yang sangat minim.
EDURANEWS, JAKARTA – Di masa pagebluk, guru honorer mencari kerja sambilan untuk menutupi kebutuhan hidup. Ada dari mereka yang harus berjualan di pasar, membuka usaha rumahan, membuka kantin di sekolah, pemulung dan juru parkir.
Kebutuhan hidup mereka semakin ‘mencekik’ ketika pembelajaran dilaksanakan secara daring. Kebutuhan listrik dan pulsa semakin membengkak. Nyaris gaji yang mereka miliki tak cair karena orang tua juga tak sanggup membayar iuran sekolah.
Pemerintah pun menggelontorkan dana BLT bagi guru honorer. Mereka pun memutar otak dengan penggunaan gaji dan juga bantuan dari pemerintah. Mereka harus membagi antara kebutuhan primer seperti sembako atau memperbaiki telepon genggam/laptop untuk kelas daring. Nasib guru honorer semakin di ujung tanduk.
Selama pagebluk, kepala sekolah dapat menggunakan dana BOS untuk penggajian para guru honorer. Namun kehidupan mereka tak selamanya tergantung kepada kebaikan kepala sekolah.
Di tengah situasi yang tak menentu, Pemerintah memberikan angin segar berupa janji pengangkatan status melalui skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kontrak (PPPK). Guru honorer sekolah swasta dan negeri yang akan diangkat adalah mereka yang terdaftar di Dapodik (data pokok pendidikan) yang belum pernah lulus PNS dan PPPK. Juga bagi guru lulusan PPG yang belum pernah mengajar. Tentu ini menjadi kabar yang sangat menggembirakan.
Minat menjadi guru
Muchlas Suseno penulis buku Mengukur Minat Profesi Guru : Instrumen dan Teknik Validasi (UNJPRESS, 2020) melihat dari aspek yang luas yang pada dasarnya masalah guru honorer ini bagaikan fenomena gunung es. Masalah banyak di bawah permukaan laut tapi yang muncul hanya sedikit. Tidak hanya tuntutan status dan gaji.
Suseno meyakini ada ciri-ciri guru profesional yang melekat pada guru honorer. Salah satunya guru honorer memiliki jiwa altruisme yakni rela mau berkorban bagi orang lain. Serta memiliki sifat untuk puas dari imbalan non materi.
“Bagaikan lilin yang rela melelehkan untuk menerangi sekitar, ” ucap Suseno yang banyak meneliti mengenai profesionlisme dan minat menjadi guru.
Mereka setia mengajar meskipun dibayar dengan gaji yang sangat minim. Sifat-sifat profesionalisme itu ada di guru honorer.
Suseno mengatakan guru honorer menjadi aset penting dalam menciptakan pendidikan Indonesia. Mereka menjadi garda terdepan dalam maju mundurnya pendidikan.
Guru honorer harus diberikan untuk berkembang dan dibina yang memadai sehingga profesionalisme dan jiwa altruisme menolong orang lain itu tetap terjaga.
Suseno juga meyakini adanya minat yang tinggi menjadi guru sangat menentukan dalam pengembangan selanjutnya. Mereka harus dibina dengan baik sehingga jiwa altruisme mereka terus berkobar. Guru-guru honorer adalah orang yang punya minat yang tinggi dalam menjadi guru.
“Sehingga jika sudah punya minat yang tinggi masalah apapun bisa ditangani dengan pas,” kata Suseno. Jika tidak ada minat ini keterpaksaan-keterpaksaan akan terjadi.
Janji untuk menaikan status Guru Honorer tentu ini menjadi janji yang sangat baik. Seleksi yang dilakukan tak hanya menguji kompetensi pedagogik, tetapi juga harus dilihat bagaimana Guru Honorer ini memiliki kemampuan sosial dan altruisme yang tinggi.
Guru honorer akan dapat berkembang kedepannya jika diberikan kesempatan yang baik dalam pembinaan guru.
Puluhan tahun guru honorer telah ditempa pelbagai janji dan ujian hidup. Sudah selayaknya guru honorer mendapatkan penghidupan dan kesejahteraan yang layak.
Tentu tak hanya melempar janji dengan insentif gaji dan status. Pelaksanaan dalam pembinaan guru mulai dari minat calon guru mesti diperhatikan.
Agar kehidupan guru honorer tak seperti kail janji yang selalu putus sebelum memancing. Terombang-ambing terbawa arus ketidakpastian dari janji pemerintah dan panggilan dari hati mengabdi sebagai guru yang berkualitas.