Kita Seperti Xixo

0
391

Xixo lelaki suku Bushmen Kalahari Di Afrika, menemukan botol bekas minuman Coca Cola, yang dibuang orang dari pesawat udara. Botol kaca bening bertuliskan merek Coca Cola berwarna putih. Xixo menganggap botol sebagai barang dari langit, dan tidak paham kegunaannya. Ternyata setelah dibawa ke komunitas sukunya, sang botol diangap hanya sebagai “biang” kekisruhan saja, membuat keonaran.

Xixo sebagai penemu merasa “bersalah” dan ingin mengembalikan botol tersebut kepada yang empunya. Xixo berkeliling, di gurun Kalahari Afrika, mencari tahu siapa sang pemilik botol.

Itulah cerita film The Gods Must Be Crazy. Anda dapat memaknai kisahnya sebagai lucu lucuan saja, atau anda dapat menafsirkannya lebih dalam. Suka-suka anda dan tergantung dengan kemampuan berpikir dan pengetahuan yang dimiliki serta keinginan menafsir.

Menurut saya, Xixo sebagai gambaran satire, tentang orang yang baik dengan keterbatasan pengetahuan, keliru melihat fakta dan merumuskan persoalan, dan membuat solusi.

Saya juga sering tanpa sadar, juga berperilaku seperti Xixo, mendapat berbagai “kesempatan” namun tidak tahu apa yang harus dilakukan. Begitu banyak anugerah Tuhan kepada kita, namun kita anggap seolah-olah sebagai beban dan ingin “mengembalikannya” kepada Tuhan. Tidak mau melihat, memahami dan sebenarnya Tuhan telah memberikan apa? Apa yang dapat dimanfaatkan dari anugerah yang diberikan Tuhan. Saya pun kadang buntu. Sering sibuk dan tenggelam dalam keriyaan ketika mendapat berkah dan meratap dalam doa, ketika mendapatkan sedikit musibah. Semuanya ingin serba lancar.

Kenapa kita tidak berdoa agar kita paham. Mengerti akan kondisi yang ada. Dan memohon dibukakan akal budi kita untuk memahaminya, dan kuat lahir batin menjalaninya. Katanya, ketika kita paham apa yang terjadi adalah sebuah pelajaran dari Tuhan, kita akan tertunduk dihadapan Tuhan. Hati akan menjadi tenang, adem tidak kemrungsung. Terjadi sikap “nrimo” kita terhadap kehendak Tuhan. Selajutnya dalam hati yang tenang, akan terjadi suatu anugerah Tuhan baik berupa rejeki materi, kebahagian atau lainnya dari arah yang tidak terduga.

Saya tidak dapat mendefinisikan atau merujuk dalil tentang uraian saya dalam konteks ilmu agama, karena saya bukan ahlinya. Tetapi pengalaman saya telah membuktikannya.

Tuhan sepertinya menghendaki agar kita belajar dan paham, bukan sebagai penuntut Tuhan. Yakinlah Tuhan akan memberikan sesuai dengan kebutuhan kita. Bukan keinginan kita.

Apa jawaban kita, ketika kelak tangan dan kaki kita sebagai bagian anugerah Tuhan, memberi kesaksian di akhirat ketika ditanya tentang apa yang telah kita usahakan dengan tangan dan kaki kita?

Maaf dongengan saya terlalu serius, mungkin mengganggu hari leyeh-leyeh anda. Mari nikmati saja Minggu pagi dengan segelas kopi dan roti (kalau ada).

BSA/2/8/20