Home Blog

Siapa Nama Hacker Terkenal di Indonesia?

0

Siapa Nama Hacker Terkenal di Indonesial

Sumbangkan 250 Eksemplar Buku Kearifan Lokal Budaya Betawi untuk Rumah Baca Zhaffa

0

EDURANEWS, JAKARTA (29 Juli 2025): Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UNJ Dr. Linda Zakiah, S.Pd., M.Pd menyumbangkan sebagai 250 eksemplar buku  Kearifkan Lokal Budaya Betawi untuk Rumah Baca Zhaffa. Sumbangan tersebut langsung diterima oleh Ketua Rumah Baca Zhaffa Yudy Hartanto pada acara kegiatan Sosialisasi Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM). Kegiatan ini berlangsung pada pukul 13.00–16.30 WIB dan dihadiri oleh pengelola, relawan, serta anak-anak binaan Rumah Baca Zhaffa.

Buku tersebut berjudul Cerita Kearifan Lokal Budaya Betawi yang terdiri dari lima judul itu (Penganten Sunat, Ondel-ondel, Nyorog, Ruwahan, dan Palang Pintu). etiap cerita di dalam buku ini mengangkat nilai-nilai kearifan lokal melalui narasi yang sederhana namun sarat makna, diperkaya dengan ilustrasi warna-warni yang menarik minat anak-anak. Melalui kisah Penganten Sunat, misalnya, anak-anak diajak memahami salah satu tradisi penting dalam siklus hidup masyarakat Betawi.

Sementara Ondel-ondel menghadirkan keunikan ikon budaya Betawi yang kerap hadir di berbagai perayaan, Nyorog dan Ruwahan memperkenalkan tradisi berbagi dan ziarah yang menjadi bagian penting dari budaya Betawi, dan Palang Pintu mengajarkan makna toleransi, persatuan, serta tradisi menyambut tamu dalam upacara pernikahan adat Betawi. Kelima cerita ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik anak-anak untuk mengenal dan mencintai akar budayanya sendiri sejak dini.

Dalam sambutannya, Dr. Linda Zakiah, S.Pd., M.Pd., Ketua Tim Pengabdian Masyarakat UNJ, menegaskan bahwa buku Kearifan Lokal Budaya Betawi sengaja dikemas dengan cara yang menarik dan mudah dicerna anak-anak. “Buku ini kami susun dengan pendekatan bercerita yang dilengkapi ilustrasi bergambar, sehingga sangat cocok untuk anak-anak. Kami ingin anak-anak merasa dekat dan betah membaca buku tentang budaya mereka sendiri,” ungkap Linda.

Tak hanya itu, Linda menambahkan bahwa buku ini juga dikembangkan dengan teknologi animasi bergambar secara digital. Dengan sentuhan teknologi, proses pembelajaran menjadi jauh lebih interaktif dan menyenangkan. “Kami ingin anak-anak tidak merasa bosan saat belajar. Melalui animasi digital, cerita-cerita Betawi dalam buku ini bisa dinikmati dengan cara yang lebih hidup dan menarik,” tambahnya.

Lebih jauh, Linda berharap hadirnya buku ini bisa menjadi pemantik minat baca bagi anak-anak di Rumah Baca Zhaffa. “Harapan kami sederhana, semoga anak-anak semakin suka membaca dan pada saat yang sama, mereka juga bisa mengenal serta memahami kearifan budaya Betawi yang ada di sekeliling mereka. Budaya ini penting untuk diwariskan agar tetap hidup dalam kehidupan sehari-hari masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Rumah Baca Zhaffa, Yudy Hartanto, menyampaikan apresiasinya atas donasi buku dari UNJ. Ia menilai buku ini memiliki nilai penting sebagai sarana pembelajaran sekaligus pelestarian budaya. “Kami sangat berterima kasih atas dukungan UNJ. Penelitian dan pengembangan yang dituangkan dalam buku ini sangat bermanfaat dan kami berharap ke depan terus ada pengembangan yang signifikan, agar buku ini semakin efektif sebagai media pembelajaran,” kata Yudy.

Yudy juga optimistis, kehadiran buku ini akan memberi dampak positif bagi anak-anak binaan di Rumah Baca Zhaffa. “Semoga buku ini mampu membangkitkan semangat belajar dan cinta budaya di kalangan peserta didik kami. Kami percaya, buku yang baik akan memberi pengaruh baik juga bagi generasi muda,” pungkasnya.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Tim Pengabdian kepada Masyarakat SKEMA Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Ruang Lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti. yang diketuai oleh Dr. Linda Zakiah, S.Pd., M.Pd, bersama anggota tim Dr. Mahmud Yunus, S.Pd., M.Pd dan Dr. Nidya Chandra Muji Utami, S.Pd., M.Pd,

Tim Pengabdian Masyarakat UNJ Perkuat Literasi Digital Berbasis Budaya Lokal Betawi di Rumah Baca Zhaffa Manggarai Jakarta Selatan

0

EDURANEWS, JAKARTA (29 Juli 2025): Tim Pengabdian kepada Masyarakat SKEMA Pemberdayaan Berbasis Masyarakat Ruang Lingkup Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (DP2M) Ditjen Dikti. yang diketuai oleh Dr. Linda Zakiah, S.Pd., M.Pd, bersama anggota tim Dr. Mahmud Yunus, S.Pd., M.Pd dan Dr. Nidya Chandra Muji Utami, S.Pd., M.Pd, melaksanakan kegiatan Sosialisasi Program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM)  kepada mitra dari Rumah Baca Zhaffa. Kegiatan ini berlangsung pada pukul 13.00–16.30 WIB dan dihadiri oleh pengelola, relawan, serta anak-anak binaan Rumah Baca Zhaffa.

Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk menumbuhkan pemahaman dan kesadaran mitra agar dapat berpartisipasi aktif dalam mendukung keberhasilan program PKM yang tengah dilaksanakan. Adapun tujuan utama dari program ini meliputi: (1) Peningkatan keterampilan mitra dalam manajemen pembelajaran inovatif berbasis digital; (2) Menumbuhkan awareness anak-anak anggota Rumah Baca Zhaffa terhadap budaya Betawi sebagai bagian dari identitas lokal; (3) Meningkatkan kapasitas mitra dalam mengembangkan konten budaya Betawi melalui pemanfaatan media digital dan fasilitas pendukung yang tersedia; (4) Mendorong kemampuan mitra dalam manajemen literasi digital yang terintegrasi dengan kearifan lokal Betawi.

Dalam paparannya, Dr. Linda Zakiah menyampaikan bahwa pemberdayaan komunitas lokal melalui literasi digital berbasis budaya lokal adalah langkah strategis untuk membangun ekosistem pembelajaran yang relevan, kontekstual, dan berkelanjutan. “Kami ingin para mitra tidak hanya mengenalkan budaya Betawi kepada anak-anak, tetapi juga mampu mengemasnya dalam bentuk konten digital yang menarik dan edukatif,” ujarnya.

Sesi sosialisasi juga dilengkapi dengan diskusi interaktif, pemetaan kebutuhan mitra, serta penjelasan rencana tindak lanjut program selama masa pendampingan. Respons positif ditunjukkan oleh seluruh peserta, baik dari pengelola maupun anak-anak, yang antusias mengikuti sesi hingga akhir. Dengan terselenggaranya kegiatan ini, diharapkan terjadi sinergi antara tim pengabdian dan mitra Rumah Baca Zhaffa dalam mewujudkan transformasi literasi berbasis teknologi dan budaya lokal, khususnya dalam penguatan identitas budaya Betawi di kalangan generasi muda.

Ketua Rumah Baca Zhaffa Yudy Hartanto merasakan manfaat dari program pengabdian ini. Anak-anak menyukai buku Cerita Kearifan Lokal Budaya Betawi yang terdiri dari lima judul itu (Penganten Sunat, Ondel-ondel, Nyorog, Ruwahan, dan Palang Pintu). “Mereka suka dengan kemasan buku cerita bergambar yang interaktif,” tuturnya.

Yudy menambahkan ada dua hal yang sangat dirasakan dari pengabdian Masyarakat ini, yaitu minat baca dan kesadaran akan budaya Betawi. “Ini sangat sesuai karena mereka berada pada kultur DKI Jakarta yang basis budayanya adalah Betawi,” Katanya.

MMPT Sekolah Pascasarjana UNJ Selenggarakan Seminar Bertajuk “Transformasi Manajemen Pendidikan Tinggi untuk SDGs”

0

EDURANEWS, JAKARTA: Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi (MMPT) Sekolah Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), sukses menyelenggarakan Seminar Nasional bertema “Transformasi Manajemen Pendidikan Tinggi dalam Mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)” pada hari Selasa, 8 Juli 2025. Kegiatan ini dilaksanakan secara hybrid, yakni daring melalui Zoom dan luring di lantai 6 Gedung Sekolah Pascasarjana UNJ, dengan dihadiri lebih dari 300 peserta dari berbagai kalangan.

Seminar ini dibuka secara resmi oleh Direktur Sekolah Pascasarjana UNJ, Prof. Dr. Dedi Purwana E.S., M.Bus., yang menekankan pentingnya peran pendidikan tinggi dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan. Ketua penyelenggara sekaligus Koordinator Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Tinggi, Prof. Dr. Netti Karnati, M.Pd., menyampaikan bahwa seminar ini merupakan bentuk nyata kontribusi akademik dalam mendukung pencapaian SDGs melalui transformasi manajemen pendidikan tinggi.

Tiga narasumber utama hadir memberikan perspektif strategis:

Lalu Hadrian Irfani, ST., M.Si., Wakil Ketua Komisi X DPR RI, membawakan materi bertajuk “Manajemen Pendidikan Tinggi Berbasis Good Governance dan Akuntabilitas”. Dalam paparannya, ia menekankan pentingnya transparansi dan tata kelola yang baik dalam institusi pendidikan tinggi. Sesi ini dimoderatori oleh Prof. Dr. Suryadi.

Prof. Dr. Mukhamad Najib, S.TP., M.Si., Direktur Kelembagaan Kemendikbudristek, menyampaikan topik “Peran Pendidikan Tinggi dalam Menciptakan Sumber Daya Manusia Unggul dan Berdaya Saing Global”. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara kebijakan kelembagaan dan pengembangan SDM. Sesi ini dipandu oleh Dr. Rihlah Nur Aulia, MA.

Dr. Moch. Sofwan Effendi, M.Ed., membawakan materi “Kolaborasi Perguruan Tinggi di Dunia”, yang menekankan pentingnya kerja sama lintas negara dalam menghadapi tantangan global pendidikan tinggi.

Peserta seminar terdiri dari perwakilan pimpinan LLDIKTI, dosen dari berbagai perguruan tinggi, mahasiswa S1, S2, dan S3, serta pemerhati pendidikan. Diskusi yang berlangsung interaktif menghasilkan berbagai rekomendasi strategis yang dirumuskan dalam bentuk naskah akademik sebagai output akhir seminar.

Kegiatan ini menjadi momentum penting dalam memperkuat peran pendidikan tinggi sebagai motor penggerak pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan dunia.

Revitalisasi Mesin Serat Nenas, UNJ Dukung UMKM Subang Menembus Pasar Ekspor Ramah Lingkungan

0

EDURANEWS, JAKARTA: Di tengah tantangan dunia mengenai keberlanjutan dan ekonomi ramah lingkungan, kemampuan lokal Indonesia menyimpan solusi yang memiliki daya saing tinggi. Salah satu contoh berasal dari UMKM Body Brush di Subang yang memproduksi peralatan kecantikan alami yang terbuat dari serat nenas. Meskipun memiliki produk yang menarik minat pasar internasional, kendala teknis pada mesin produksi sempat menjadi hambatan bagi keberlanjutan usaha mereka.

Tahapan Kegiatan Pengabdian: 16–19 Juni 2025

Kegiatan dalam pengabdian ini menggunakan model Action Research, yaitu pendekatan partisipatif dan siklikal yang menggabungkan riset dengan aksi langsung untuk memecahkan masalah nyata. Metode ini ideal untuk memberdayakan komunitas lokal, seperti UMKM Body Brush Barokah Cantik di Subang, Jawa Barat. Saat hari pertama pada 16 Juni 2025, Tim P2M DPPM UNJ 2025 yang diketuai oleh Dr. Ir. Vina Serevina, M.M. datang ke UMKM Body Brush di Subang dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Kunjungan Tim P2M DPPM UNJ 2025 yang diketuai oleh Dr. Ir. Vina Serevina, M.M. ke UMKM Body Brush di Subang

Tim P2M DPPM UNJ 2025 yang diketuai oleh Dr. Ir. Vina Serevina, M.M. melibatkan ahli dari bidang teknik mesin, kewirausahaan, dan disain produk. Melalui observasi, wawancara, dan Forum Group Discussion (FGD), tim berhasil melakukan pemberdayaan melalui revitalisasi mesin serat nanas, keterbatasan keterampilan teknis, serta lemahnya strategi pemasaran. Tampilan mesin decorticator untuk serat nanas bisa dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Mesin Decorticator untuk Serat Nanas

Memasuki hari ke-2 pada 17 Juni 2025, tim teknis melakukan perbaikan terhadap mesin decorticator yang sebelumnya mengalami kerusakan parah. Setelah dilakukan perbaikan menyeluruh, dilakukan pula pengujian fungsi untuk memastikan mesin dapat kembali digunakan secara optimal dalam proses pemisahan serat nanas. Proses perbaikan terhadap mesin decorticator untuk serat nanas bisa dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Gambar 3. Proses Perbaikan Mesin Decorticator untuk Serat Nanas

Pada hari ke-3 (18 Juni 2025), kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan teknis yang difokuskan pada pengoperasian dan perawatan mesin. Mitra UMKM Body Brush Subang mendapatkan modul pelatihan mengoperasikan mesin dengan benar dan panduan praktis perawatannya secara berkala. Tujuan dari pelatihan dan perawatan ini adalah untuk meningkatkan kemandirian produksi dan mengurangi ketergantungan pada teknisi luar. Proses pengoperasian mesin decorticator untuk serat nanas dan modul pelatihan-perawat mesin decorticator untuk serat nanas dapat dilihat pada Gambar 4 dan Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 4. Pelatihan Pengoperasian Mesin Decorticator untuk Serat Nanas

Gambar 5. Modul Pelatihan dan Panduan Praktis Perawatan Mesin Decorticator untuk Serat Nanas

Kemudian, hari ke-4 pada 19 Juni 2025 difokuskan pada penguatan kapasitas usaha melalui pelatihan kewirausahaan dan pemasaran digital. Tim pengabdian memberikan workshop mengenai strategi pemasaran berbasis digital, penggunaan media sosial seperti Instagram dan Tiktok, serta pemanfaatan e-commerce dan aplikasi pencatatan keuangan. Diharapkan melalui pelatihan ini, mitra UMKM mampu menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk pasar ekspor. Pelatihan kewirausahaan dan pemasaran digital dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Pelatihan Kewirausahaan dan Pemasaran Digital

Dari program pemberdayaan ini, mesin decorticator kini berfungsi penuh dan mitra mampu mengoperasikannya secara mandiri. Produksi meningkat dari 100gr serat per hari (secara manual) menjadi 3kg per hari (dengan mesin). Sekitar 80% mitra kini dapat memperbaiki mesin tanpa bantuan teknisi eksternal, sementara frekuensi kerusakan menurun hingga 50%.

Produk utama berupa body brush serat nanas kini kembali diproduksi dengan kualitas ekspor. Produk ini dikenal sebagai alat eksfoliasi berbahan alami yang digunakan di hotel-hotel bintang lima, termasuk di dalam bath-ub. Tampilan produk body brush serat nanas dapat dilhat pada Gambar 7 di bawah ini.

Gambar 7. Body Brush Serat Nanas

Capaian Signifikan: Produksi Meningkat dan Pendapatan Bertambah

Setelah pelatihan, UMKM Body Brush Subang mulai aktif di dua platform digital (Instagram dan Tiktok) dan menjalankan strategi pemasaran yang lebih sistematis. Pendapatan mitra meningkat minimal 20% dan produk body brush yang sudah dikemas kembali meramaikan pasar domestik dan menjajaki peluang ekspor ke Jepang dan Uni Emirat Arab. Tampilan produk body brush serat nanas yang sudah dikemas dan siap dijual dapat dilhat pada Gambar 8 di bawah ini.

Gambar 8. Body Brush Serat Nanas dalam Kemasan Siap Jual

Kontribusi & Dampak terhadap SDGs, IKU, & Asta Cita

Kegiatan ini tidak hanya menyentuh aspek teknis dan ekonomi, tetapi juga menjadi kontribusi nyata terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), seperti indikator pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (SDG No. 8), industri, inovasi dan infrastruktur (SDG No. 9), serta konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (SDG No. 12). Selain itu, kegiatan ini mendorong capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, khususnya dalam hal keterlibatan mahasiswa di luar kampus dan pemanfaatan hasil kerja dosen oleh masyarakat.

Dari sisi arah pembangunan nasional, program ini juga selaras dengan Asta Cita No. 3, yaitu meningkatkan lapangan kerja yang berkualitas, mendorong kewirausahaan, mengembangkan industri kreatif, dan melanjutkan pengembangan infrastruktur. Pendekatan yang dilakukan tidak hanya membangun kapasitas UMKM secara teknis, tetapi juga memperkuat semangat kewirausahaan berbasis inovasi lokal yang berkelanjutan.

Lebih lanjut, kegiatan ini sejalan dengan bidang fokus Rencana Induk Riset Nasional (RIRN), khususnya dalam kerangka “Ketahanan Pangan dan Energi”, melalui pemanfaatan sumber daya lokal seperti daun nanas yang bernilai ekonomi tinggi. Dengan memaksimalkan potensi alam sebagai bahan baku ramah lingkungan, program ini turut mendorong kemandirian produksi dan inovasi berbasis sumber daya hayati nasional. Bantuan pembelian bahan baku serat nanas untuk body brush juga diberikan oleh Tim P2M DPPM UNJ 2025 kepada Ibu Judhit Ibansari, S.Pd. selaku pimpinan UMKM Body Brush Subang pada Gambar 9 di bawah ini.

 

Gambar 9. Bantuan Pembelian Bahan Baku Serat Nenas Body Brush Subang, Hibah P2M DPPM Kemendiktisaintek 2025

Dengan keberhasilan program ini, UMKM Body Brush Subang bukan hanya berhasil bangkit, tetapi juga menjadi model replikasi bagi pemberdayaan UMKM lainnya yang berbasis teknologi tepat guna. Kolaborasi sinergi antara akademisi dan pelaku usaha lokal terbukti mampu menjawab tantangan nyata, sekaligus membuka peluang baru dalam skala global. Dokumentasi akhir dari rangkaian pengabdian dapat dilihat pada Gambar 10 di bawah ini.

Gambar 10. Dokumentasi Akhir Tim P2M DPPM UNJ 2025 yang diketuai oleh Dr. Ir. Vina Serevina, M.M. di UMKM Body Brush Subang

 

Penulis:

Dr. Ir. Vina Serevina, M.M. dan Tim

Tim Pengabdian:

  1. Ir. Vina Serevina, M.M. (Dosen Pendidikan Fisika UNJ)
  2. Judhit Ibansari, S.Pd. (Mitra UMKM Body Brush Subang)
  3. Hadi Nasbey, M.Si. (Dosen Pendidikan Fisika UNJ)
  4. Humaidi, S.Pd, M.Hum. (Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNJ)
  5. Diki Maulana (Mahasiswa S1 Pendidikan Fisika UNJ)
  6. Muhtarudin (Mahasiswa S2 Pendidikan Fisika UNJ)
  7. Bagas Karunia (Mahasiswa S2 Pendidikan Fisika UNJ)
  8. Muhammad Abrar Asyrafy Yacobi (Mahasiswa S1 Pendidikan Fisika UNJ)
  9. Nessa Rachma Fadilla (Mahasiswa S1 Pendidikan Fisika UNJ)

Pengembangan Kompetensi Guru Tari melalui Pendampingan Penelitian & Pengembangan Multimedia

0

EDURANEWS, JAKARTA: Program Studi Magister Pendidikan Seni, Universitas Negeri Jakarta berkomitmen mendukung terlaksana pendidikan berkualitas yang menjadi fondasi utama dalam meningkatkan daya saing bangsa. Hal tersebut berjalan melalui pembangunan manusia dengan cara melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.

Dalam rangka merealisasikan komitmen tersebut, maka membersamai Dies Natalis UNJ ke 61, dilaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan topik “ Pengembangan Kompetensi Guru Tari melalui Pendampingan Penelitian dan Pengembangan Multimedia untuk Pembelajaran tari Menuju Pendidikan Berkualitas”.

Kegiatan terlaksana pada Jumat (23/5/2025) di Gedung Seni Rupa, diikuti oleh para guru tari, atas kerjasama antara tim Pengabdian kepada Masyarakat yaitu dosen dan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Seni, Universitas Negeri Jakarta, dengan Musyawarah Guru Mata pelajaran (MGMP) Seni Budaya SMA DKI Jakarta.

Kegiatan pendampingan dipilih karena bertujuan meningkatkan kompetensi atau kinerja guru tari dalam tugasnya, sehingga kegiatan pendampingan tidak hanya membahas konsep dan membimbing secara teknis, tetapi hingga memberikan solusi.

Rangkaian kegiatan pendampingan meliputi beberapa tahap 1) analisis kebutuhan calon peserta; 2) perencanaan pendampingan sesuai dengan hasil analisis kebutuhan; 2) pelaksanaan pendampingan melalui aktivitas memberikan arahan dan bimbingan teknis membuat projek multimedia; 3) penerapan projek multimedia; serta 4) pemberian umpan balik terhadap implementasi projek multimedia sebagai bahan refleksi bagi guru.

Kegiatan memberikan arahan dan bimbingan teknis diawali dengan sambutan oleh Ketua MGMP Fermi Fahmi, S,Pd. Dia menyampaikan bahwa kegiatan akan sangat bermanfaat bagi guru-guru seni tari diwilayah DKI Jakarta–untuk peningkatan kompetensi di bidang pedagogik dan diaplikasikan dalam kegiatan belajar disekolah.

Kegiatan pendampingan terbagi dalam 3 sesi: Sesi pertama, Prof. Dr. Dwi Kusumawardani, M.Pd memberikan arahan tentang konsep, prinsip dan cara penelitian dan pengembangan multimedia untuk pembelajaran tari, serta pendampingan membuat garis besar (outline) rancangan pelaksanaan ujicoba lapangan multimedia.

Pada sesi kedua Dr. Rizki Taufik Rakhman, S.Sn. M. Si memberikan materi dan pendampingan membuat media visual-infografis. Sesi ketiga Eko Hadi Prayitno, M.Pd memberikan materi dan pendampingan membuat video pendek yang terintegrasi dalam presentasi multimedia.

Selain sesi arahan dan pemberian bimbingan teknis kepada para peserta. Selanjutnya mereka menerapkan hasil projek membuat multimedia pembelajaran tari di sekolah masing-masing dan melakukan ujicoba lapangan. Hasil implementasi dan uji coba lapangan akan diberikan umpan balik oleh fasilitator sebagai bentuk aktivitas pendampingan yang berkelanjutan.

Pentingnya dilakukan kegiatan pendampingan kepada guru, mengingat guru adalah salah satu penentu keberhasilan dan kemajuan pendidikan, dan gurulah orang yang paling memahami permasalahan serta kebutuhan siswa dikelasnya dalam mencapai tujuan pembelajaran.  Maka, idealnya setiap guru terus menerus melakukan penelitian pengembangan terhadap perangkat pembelajaran termasuk media pembelajaran di sekolah masing-masing, untuk mengetahui efektivitasnya terhadap capaian pembelajaran.

Kegiatan ini juga sekaligus memberikan kesadaran tentang konsep belajar sepanjang hayat yaitu proses pendidikan yang berlangsung terus menerus, dimulai sejak lahir sampai akhir hayat, sehingga kompetensi guru tidak berhenti, tetapi semakin hari semakin bertambah kompetensinya.

Dalam konteks pengembangan kompetensi guru tari. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah guru tari menjadi lebih kreatif, inovatif, dan reflektif dalam merancang proses pembelajaran, serta mampu mengintegrasikan media digital dengan materi tari. Hal tersebut dapat membantu guru tari menyampaikan materi tari dengan lebih visual, dinamis, dan mudah dipahami, sehingga siswa lebih termotivasi karena pembelajaran lebih menarik dan sesuai gaya belajarnya.

Pengalaman belajar yang diperoleh dari rangkaian kegiatan pendampingan ini diharapkan juga dapat memberikan rasa percaya diri bagi para guru tari untuk mengikuti studi lanjut.

*) ditulis oleh Prof. Dwi Kusumawardani sebagai Guru Besar bidang Ilmu Teknologi Pendidikan Tari, Fakultas Bahasa dan Seni UNJ

Ketika Negara Absen: Siapa yang Berwenang Mewakili Budaya Indonesia?

0

Pada peringatan Hari Tari Dunia tahun ini, sebuah acara bertajuk Indonesia World Dance Festival menarik perhatian publik. Uniknya, acara berskala internasional ini bukan diselenggarakan oleh kementerian terkait atau institusi negara, melainkan oleh Gandrung Dance Studio, sebuah kelompok tari independen yang berbasis di Indonesia. Festival ini sukses menghadirkan peserta dari berbagai provinsi bahkan mancanegara, menciptakan gaung besar di media sosial dan memicu antusiasme masyarakat seni. Namun, di balik kegemerlapan itu, tersimpan pertanyaan mendasar: mengapa negara tidak menjadi penyelenggara acara sebesar ini?

Festival ini berlangsung pada Minggu, 11 Mei 2025, dari pukul 07.30 hingga 21.30 WIB, bertempat di GOR & Teater Bulungan – Gelanggang Remaja Jakarta Selatan. Tempat ini menjadi saksi bagaimana ratusan penari dan pegiat seni memeriahkan acara tanpa simbol-simbol kehadiran institusi negara, baik dalam bentuk dukungan logistik, pengakuan resmi, maupun kehadiran perwakilan kebudayaan nasional. Padahal, Indonesia memiliki kementerian, direktorat, lembaga kebudayaan, hingga anggaran yang secara khusus dialokasikan untuk sektor seni dan budaya.

Jika begitu, ke mana peran pemerintah saat momen strategis ini berlangsung? Mengapa bukan institusi negara yang menjadi wajah utama diplomasi budaya Indonesia di forum internasional yang bahkan dihadiri peserta dari luar negeri?

 

Pergeseran Representasi Budaya

Ketidakhadiran negara bukan hanya soal absennya simbol pemerintahan di panggung tari. Ini menyentuh isu yang lebih mendalam dan sistemik: pergeseran representasi budaya dari tangan otoritas formal ke aktor-aktor komunitas. Dalam era digital yang penuh visualisasi, persepsi, dan emosi, siapa pun yang berhasil menciptakan narasi kuat dan menggugah di media sosial dapat menjadi representasi sah di mata publik.

Gandrung Dance Studio mengambil alih peran ini dengan penuh percaya diri. Melalui jaringan komunitas, kemampuan produksi visual yang estetik, dan manajemen acara yang tertata rapi, mereka menghadirkan festival yang tidak hanya hidup secara fisik di ruang teater, tetapi juga hidup secara digital di linimasa warganet. Dalam konteks ini, teori post-truth menjadi sangat relevan.

 

Post-Truth dan Otoritas yang Tergeser

Istilah post-truth menggambarkan situasi di mana fakta objektif tidak lagi menjadi landasan utama dalam membentuk opini publik. Sebaliknya, emosi, persepsi personal, dan citra visual menjadi lebih dominan. Dalam konteks penyelenggaraan festival ini, masyarakat tidak lagi bertanya apakah acara ini resmi, sah, atau dikelola oleh kementerian terkait. Yang penting bagi publik adalah siapa yang tampil, bagaimana dokumentasinya, dan apakah itu viral di media sosial.

Di sinilah letak kegelisahan intelektual kita: legitimasi budaya hari ini tidak lagi dimonopoli oleh negara, tetapi oleh siapa pun yang mampu menguasai persepsi. Gandrung Dance Studio sukses mengisi kekosongan narasi itu dengan cermat. Ketika negara gagal menyusun wacana budaya yang kuat, kelompok komunitas ini justru tampil dominan sebagai penyelenggara sekaligus kurator makna kebudayaan.

 

Negara yang Mundur, Komunitas yang Maju

Fenomena ini menunjukkan gejala yang dalam istilah sosiolog Antonio Gramsci disebut sebagai hegemoni kultural: dominasi representasi oleh kelompok tertentu melalui konsensus sosial, bukan lewat struktur paksaan formal. Dalam hal ini, komunitas seni berhasil merebut ruang itu karena negara, secara perlahan dan diam-diam, menarik diri dari peran aktifnya.

Mengapa negara tampak pasif? Salah satu jawaban terletak pada kapital sosial. Komunitas seperti Gandrung Dance Studio memiliki jaringan, kredibilitas, dan kekuatan simbolik untuk mengorganisasi acara skala besar tanpa perlu bergantung pada negara. Sementara itu, negara cenderung tersita perhatiannya pada isu-isu makro: infrastruktur, stabilitas politik, dan sebagainya.

 

Budaya kembali menjadi korban pengabaian struktural.

Namun justru di sinilah kita patut waspada. Negara memegang amanat konstitusional untuk melindungi dan mengembangkan kebudayaan nasional. Ketika negara absen dan menyerahkan tanggung jawab itu tanpa kerangka yang jelas, maka kebingungan publik pun muncul: siapa sebenarnya yang sah mewakili Indonesia dalam forum budaya global?

 

Ambiguitas Otoritas Budaya

Fenomena ini menciptakan kekaburan antara inisiatif swasta dan legitimasi publik. Apakah acara seperti ini mewakili Indonesia? Apakah pengelolanya memiliki mandat atau hanya memanfaatkan kekosongan untuk membangun citra? Dalam dunia pasca-kebenaran, masyarakat tak lagi peduli soal otoritas formal. Yang mereka lihat adalah siapa yang tampak meyakinkan, emosional, dan memukau secara visual.

Ini bukan salah Gandrung Dance Studio. Mereka justru tampil sebagai agen yang mampu membaca momentum dan menyambut peluang. Yang menjadi pertanyaan adalah: di mana pemerintah saat peluang-peluang representasi budaya itu tersedia?

 

Menuju Tata Kelola Budaya Baru

Apa yang bisa kita harapkan ke depan? Pertama, negara perlu menyusun ulang kerangka tata kelola kebudayaan berbasis kolaborasi yang terukur. Komunitas seni bisa diberi ruang lebih besar, tetapi tidak boleh dilepaskan tanpa orientasi dan tanggung jawab publik.

Kedua, lembaga kebudayaan pemerintah harus bertransformasi. Mereka tidak bisa hanya mengandalkan struktur birokrasi dan acara seremonial, tetapi juga harus mampu menciptakan narasi budaya yang resonan di ruang digital. Narasi kebudayaan bukan hanya soal panggung, tapi juga soal persepsi dan komunikasi publik.

Ketiga, penting untuk meningkatkan literasi budaya masyarakat. Kita perlu mengajarkan bahwa tidak semua yang viral itu representatif. Masyarakat harus diajak untuk melihat konteks, otoritas, dan makna di balik sebuah pertunjukan budaya.

 

Penutup

Indonesia World Dance Festival bukan hanya sebuah festival tari. Ia adalah simbol dari pergeseran kekuasaan budaya: dari negara ke komunitas, dari fakta ke persepsi, dari struktur ke narasi. Jika negara terus absen, maka wajar jika kelak wajah budaya Indonesia lebih ditentukan oleh siapa yang paling viral, bukan siapa yang paling sah.

*) Penulis adalah peneliti dan  dosen estetika tari Universitas Negeri Jakarta

Workshop Bagaimana Kerja Kritik dan Menjadi Kritikus di Masa Depan

0

EDURANEWS, JAKARTA: Mahasiswa Pendidikan Tari memerlukan ketrampilan mengomunikasikan gagasan kreatif dari proses mengritisi karya tari yang tampil di atas panggung. Ini diperlukan, karena kritik tari awalnya tidak membuat pembaca berminat untuk menonton tari.

Sebagaimana pernah manjadi bahan diskusi di antara para kritikus tari semisal Sal Murgiyanto, Edy Seyawati dan sebagainya, kondisi ini membuat para tokoh Kritik tari bermigrasi ke tulisan-tulisan media masa.

Berangkat dari fenomena ini, mempertemukan kritikus tari yang akrab dengan dunia tulis menulis Kritik dari perspektif berbeda menjadi penting. Michael H.B. Radikal, MA, Ph.D (Cand) dihadirkan sebagai salah satu upaya, agar mahasiswa memperoleh stimulus dalam mendapatkan perspektif berbeda dalam menyusun Kritik tari.

Berlatar belakang ilmu Antropologi Budaya, kajian seni dan sekarang tengah studi di University of Melbourne, menjelaskan bahwa dalam menulis kritik, kata kuncinya harus ada di tempat melihat langsung. Melalui strategi ini, proses pengamatan karya menjadi lebih cermat dan akurat.

Selanjutnya, trik dan langkah yang disarankan dalam menulis kritik adalah mulai menulis dari kesan utama yang paling menyenangkan yang didapat. Bagian ini, intinya merupakan narasi tentang deskripsi, klasifikasi, kontekstualisasi. Selanjutnya baru menulis pada penjelasan karya, interpretasi, dan diakhiri dengan analisis karya tari.

Demikian di antara rangkuman kegiatan workshop kritik tari yang berlangsung di Program studi pendidikan Tari UNJ hari ini, Jumat 2 Mei 2025.

*) penulis adalah peneliti dan  dosen estetika tari Universitas Negeri Jakarta

Ruh PTNBH UNJ, Mendiktisaintek Satryo Brojonegoro: Pendidikan Sebagai ‘Core Competency’

0

EDURANEWS, JAKARTA. Selasa, 21 Januari 2025 Majelis Wali Amanat (WMA) UNJ mengadakan rapat perdana bersama Mendiktisaintek Prof.Satryo Brojonegoro  di ruang rapat besar lantai 18 Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Agenda rapat perdana itu menjadi agenda penting dalam semangat baru UNJ menjadi PTNBH. 

Dalam kesempatan bincangan hangat itu Prof. Satryo Brojonegoro mengapresiasi perubahan status UNJ dari BLU menjadi PTNBH. Hal ini menandakan era baru UNJ menuju world class university.  

Prof. Satryo Brojonegoro juga berharap UNJ terus menjadi barometer dan pioner dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Melihat dari sejarah UNJ dari zaman IKIP yang memang terus berkontribusi dan  menjadi pioner dalam pengembangan mutu pendidikan di Indonesia.

Hal ini menurutnya, UNJ mampu mendesain pendidikan yang menekankan pada pengembangan kemampuan dalam berpikir kritis dan pendidikan karakter. 

Dengan PTNBH, Prof. Satryo Brojonegoro mengatakan ruh pengembangan UNJ tetap harus mengutamakan dan mempertahankan pendidikan sebagai ‘core competency’. 

Sebagai perluasan mandat UNJ memiliki pengalaman dalam pengembangan pendidikan terutama dalam pendidikan guru. Serta didukung dengan pengembangan keilmuan lainnya yang akan menjadikan UNJ unggul dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. 

Dalam rapat itu juga Prof Nizam telah terpilih sebagai ketua Ketua MWA UNJ Periode 2024-2029 bersama dengan Dr. Hapidin sebagai Sekretaris MWA UNJ Periode 2024-2029.

MWA sendiri terdiri dari tokoh masyarakat, eks officio Mendiktisaintek, rektor, ketua SAU, perwakilan dosen dari fakultas, perwakilan tendik, alumni dan wakil mahasiswa. 

Rektor UNJ Prof. Komarudin yakin dengan terpilihnya Prof. Nizam akan membawa UNJ dalam mencapai visi misinya menjadi world class university dan menjadikan UNJ sebagai kampus yang bereputasi.

Siaga Bencana Gempa, S2 Pendidikan Geografi UNJ Angkatan 2024 Adakan Simulasi Mitigasi Gempa di TK Negeri Mampang Prapatan 01 Jakarta Selatan

0

EDURANEWS, JAKARTA. Mahasiswa S2 Pendidikan Geografi UNJ Angkatan 2024 adakan simulasi Mitigasi Gempa di Taman Kanak-Kanak (TK) Negeri Mampang Prapatan 01 Jakarta Selatan (13/12). Simulasi ini merupakan hasil luaran dari mata kuliah Pendidikan Kebencanaan yang diampu oleh Prof. Dr. Muzani dan Dr. Cahyadi Setiawan. 

Mahasiswa yang melakukan sosialisasi dan mitigasi gempa adalah Rianto, Adelia Dwi Rahmawati, Bukhori Brata dan Fadhli Muhammad. 

Taman Kanak-Kanak dipilih karena anak usia dini adalah termasuk kelompok rentan yang harus diberikan pemahaman mengenai pentingnya mitigasi gempa bumi. Jakarta juga termasuk wilayah yang rentan akan bencana gempa bumi.

Kumiyati kepala sekolah TK Negeri Mampang Prapatan 01 merasa sosialisasi dan simulasi gempa ini sangat penting. Karena mengajarkan anak usia dini untuk siap menghadapi bencana gempa bumi.

“Untuk anak TK mengikuti mitigasi sejak dini jadi tahu harus ke mana mencari perlindungan dan tidak perlu panik,” ujar Kumiyati. 

Puluhan peserta didik dari TK Prapatan 01 telah berkumpul sejak pagi.  Mereka bersiap untuk menerima materi mitigasi gempa.

Bukhori Brata salah satu pemateri memberikan wawasan  bertajuk, “Sosialisasi Kebencanaan, Cara Aman Menghadapi Gempa Bumi.”

Bukhori memberikan penjelasan mengenai bagaimana melindungi diri jika terjadi gempa bumi. Dengan materi berbasis visual yang menarik Bukhari mengajak peserta didik mengenal ancaman gempa bumi dan cara melindungi diri.

Apa yang harus dilakukan ketika terjadi gempa bumi? Ada tiga hal yang disampaikan yakni; berlindung di bawah meja, tutup kepala dan leher dengan tangan, dan tunggu sampai gempa berhenti dan setelah itu pergi.

Lewat visual yang menarik, animasi dan juga lagu anak-anak, mereka diajak mengenal ancaman gempa bumi. Di sela-sela materi, Adelia memberikan kuis kepada anak-anak peserta didik agar mengingat materi yang disampaikan. 

Hal yang menarik adalah ketika secara sederhana anak-anak diajak untuk mengenal cara melindungi diri dari ancaman gempa bumi, berusaha untuk tidak panik dan mengikuti aturan yang ada dan guru pun harus mampu mengarahkan apa yang harus dilakukan. 

Agar peserta didik lebih memahami materi, mereka pun mengikuti simulasi gempa bumi. Saat sirine berbunyi tanda gempa bumi terjadi, peserta didik diajak untuk melindungi diri. 

Dari simulasi itu peserta didik ada yang melindungi diri dengan menutupi kepala, berlindung di meja, dan jalan tanpa panik sambil menjaga kepala dengan tas.

Mereka pun berkumpul di titik kumpul sementara yang terlindung dari ancaman jatuhnya benda-benda karena gempa bumi. Titik kumpul sementara dipilih sebelum mereka menuju titik kumpul utama agar terlindung dari ancaman. 

Ida Hanurawati salah satu guru sangat mengapresiasi kegiatan sosialisasi dan simulasi. Menurutnya kegiatan ini sangat penting bagi anak-anak peserta didik di TK Prapatan 01. Anak-anak pun akan mengerti apa yang harus dilakukan  jika ada bencana gempa bumi.

“Mudah-mudahan ketika ada bahaya gempa mereka mengingat apa yang harus dilakukan,” ujarnya. 

 

 

Recent Posts