Jeong Ok Jeon: Memaknai Dunia Virtual dan Karya Seni

0
369
Foto: Jeong Ok Jeon Narasumber Utama Seminar Nasional FBS UNJ

EDURANEWS,JAKARTA- Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta menyelenggarakan kegiatan seminar nasional (semnas) bertema “Reposisi Peran Bahasa Sastra, dan Seni Era Super Smart Society (Society 5.0).” Seminar nasional tersebut terselenggara melalui daring serta kanal youtube Edura TV.

Jeong ok Jeon sebagai narasumber utama dalam semnas tersebut memberi orasi bertema “Perjuangan Kreatif Menuju Dunia Realitas Campuran, Dunia Metaverse dan Luar Angkasa.” Dalam orasinya tersebut, Jeong menyebut dunia saat ini sudah saling menyatu antara dunia nyata dengan dunia virtual, serta sudah melampaui planet bumi itu sendiri menjadi dunia yang tidak terbatas.

Jeong mengisahkan beberapa hal seperti Sunspring (2016) film dengan skrip yang ditulis dengan teknologi artificial intelligence bernama Benjamin. Juga terkait perkembangan pameran melalui perangkat NFT (non fungible token) sebuah barang digital unik seperti gambar maupun suara video.

Bidang tersebut menjadi fokus Jeong atas pengalamannya sebagai kurator yang bekerja pada bidang seni dan teknologi media baru (new media technology).

“Aksi artistik yang inovatif dan menantang adalah alat menuju dunia yang lebih kreatif, inklusif dan saling bersimbiosis antara manusia dan non-manusia,”katanya.

Jeong berkisah sederet pengalamannya sebagai mahasiswa seni, seniman, pemagang di museum serta kurator seni kontemporer yang berfokus pada seni visual. Saat ini, Jeong juga aktif mengajar bidang seni, peneliti seni, new media art curator, dan PhD student.

Jeong meyakini Pengalaman manusia saat ini adalah bentuk hybrid dari realita dan virtual (mixed reality). Jeong juga menjelaskan Penelitian Paul Milgram (1994) yang menyebut perkembangan teknologi, terutama teknologi digital, memungkinkan kita mengalami dunia yang bergerak dari dunia realita ke dunia realita campuran dan akhirnya menuju dunia virtual.

Jeong juga menjelaskan mengenai new media art dan memberi contoh dalam paparannya mengenai gambar air terjun Madakaripura. Menurutnya, gamba rtersebut tampilannya terus berubah oleh data real time serta dari air terjun tersebut seperti suhu, udara, kelembaban, tromarama serta suara diciptakan secara digital.

Kenyataan tersebut menurut Jeong karena unsur penggabungan data yang didapatkan secara real dari weather.com dengan gambar dan suara yang diciptakan secara artificial- mengajak kita untuk mengeksplorasi dunia mixed reality lebih jauh lagi.

Metaverse dalam judul orasi menurut Jeong adalah dunia immersive (dunia digital dengan menghasilkan pengalaman digital hingga terasa menyeluruh), yang didalamnya orang-orang bersosialiasi, bermain dan bekerja di ruang virtual.

Foto: Jeong memperlihatkan Mark menunjukan dunia virtual bernama Meta

Jeong memperlihatkan dengan menggunakan alat VR (virtual reality) yaitu seseorang dapat menjadi avatar dan memasuki serta mengeksplorasi dunia virtual. Dalam ruang virtual itu menurutnya, sama halnya seperti produk Meta yang dibuat oleh Mark Zuckerberg bernama horizon, setiap orang dapat beraksi secara interoperability, yang berarti setiap orang bisa memasuki dunia virtual orang lainnya.

“Kritik utama pada metaverse dan horizon saat ini adalah kenyataan bahwa semua hal tersebut masih sebatas teori dan belum memiliki teknologi untuk mencapainya. Namun hal ini setidaknya telah menampilkan secuil dari balik tirai dunia virtual di masa depan,”kata Jeong.

Foto: Kehidupan Virtual Zapeto dipaparkan oleh Jeong

Jeong mengisahkan dari pengalamannya di Korea juga berkembang teknologi virtual seperti Zepeto yaitu dunia virtual yang dibuat perusahaan Korea bernama Naver. Dalam dunia tersebut, penggunanya dapat hidup sebagai avatar, contoh aktivitasnya mengunjungi Kangwon National University dengan Zepeto dan menonton drama dan konten lainnya yang dibuat oleh avatar yang ada di Zepeto.

Selain itu, ada pula karya seperti decentraland sebuah pelelangan karya seni berbasis NFT yang berbeda dengan karya digital lainnya. Karya digital pada umumnya dapat di gandakan secara digital melalui fitur copy-paste.

Menurut Jeong, untuk karya berbasis NFT tidak dapat digandakan karena mengandung informasi khusus didalamnya. Sehingga NFT bersifat unik serta membuatnya berharga seperti karya seni non-digital.

Jeong Melihat teknologi mengijinkan manusia untuk menembus batas-batas kemungkinan, termasuk kemungkinan yang ada diluar planet bumi sendiri. Perjuangan seni menurut Jeong dapat mengeksplorasi ruang angkasa untuk menemukan manfaat dari perkembangan teknologi tersebut.

Pengalaman yang didapatkan di luar angkasa akan membuka pengalaman-pengalaman baru yang berbeda dari pengalaman yang dialami dari hidup di planet bumi dan hal ini dapat dipraktikan melalui karya seni.

Jeong bercerita ihwal seorang peneliti seni yang mengeksplorasi pengalaman makan di diluar angkasa yang tentu menurut Jeong rasanya berbeda dengan makan di planet bumi. “diluar angkasa ada banyak keterbatasan dibandingkan dengan pengalaman makan di bumi, yang melingkupi makanannya, kekayaan rasa, hubungan emosi yang didapatkan dari interaksi sosial,”katanya.

Baca Juga: Dekan FBS: Duta Pertama terpilih FBS UNJ Diharapkan Mengedepankan Jiwa Kepemimpinan

Jeong mencontohkan peneliti seni yang mendesain konsep bernama Space Bomb Mixing yaitu pengalaman makan dan merasakan berbagai campuran jenis bumbu pada makanan (saat di luar angkasa) yang rasanya dinikmati oleh lebih dari satu pancaindera secara bersamaan, sehingga menghasilkan sebuah pengalaman menyenangkan.

Jeong ingin memberi arti penting tentang kehidupan mixed reality, metaverse, dan luar angkasa adalah dunia yang terbuka, terdesentralisasi, dan perpanjangan dari kehidupan di bumi tanpa batas.

“Seni adalah kekuatan penggerak untuk komunikasi dan kolaborasi antara semua makhluk yang ada di antar semesta,”kata Jeong.