SINOPSIS
Tes inteligensi merupakan salah satu pilar utama dalam asesmen psikologis modern. Dari dunia pendidikan, klinis, hingga industri, pengukuran kecerdasan individu menjadi dasar penting dalam memahami potensi, kapasitas berpikir, serta kemampuan adaptasi seseorang. Namun, asesmen inteligensi tidak cukup dilakukan dengan pemahaman teori semata. Ia menuntut ketelitian prosedural, ketepatan administrasi, akurasi skoring, serta integritas etika yang tinggi. Buku Tes Inteligensi Individual: Teori dan Praktik hadir sebagai panduan komprehensif yang menjembatani kebutuhan tersebut secara sistematis, ilmiah, dan aplikatif.
Ditulis oleh Santi Yudhistira, Vinna Ramadhani Sy., Jimny Hilda Fauzia, Adhissa Qonita, dan Ade Siti Mariyam—para psikolog akademisi dan praktisi—buku ini dirancang sebagai bahan ajar inti dalam mata kuliah Tes Inteligensi di lingkungan pendidikan psikologi. Buku ini membekali mahasiswa dengan pemahaman utuh mengenai konsep inteligensi, sejarah perkembangan tes, landasan teoretis, hingga keterampilan praktis dalam mengadministrasikan dan menginterpretasikan tes inteligensi individual berbasis skala Wechsler.
Pembahasan diawali dengan pengantar konseptual yang menguraikan definisi inteligensi dari para tokoh utama seperti Binet, Wechsler, Cohen & Swerdlik, hingga Piaget. Beragam teori inteligensi dikaji secara mendalam dan kritis, mulai dari Two-Factor Theory Spearman, teori Cattell–Horn–Carroll (CHC), Thurstone dan Primary Mental Abilities, Guilford dengan Structure of Intellect, hingga teori Multiple Intelligences dari Howard Gardner. Dengan pendekatan ini, pembaca diajak memahami bahwa inteligensi bukan sekadar angka IQ, melainkan konstruksi kognitif yang multidimensional dan kontekstual.
Secara historis, buku ini menelusuri perjalanan panjang pengukuran kecerdasan manusia—dari eksperimen sensorimotor Galton, lahirnya Binet–Simon Scale, pengembangan Stanford–Binet oleh Terman, penggunaan massal tes inteligensi pada Perang Dunia I, hingga lahirnya skala Wechsler yang menjadi standar global hingga hari ini. Perkembangan skala Wechsler dari WBIS, WISC, hingga WAIS dijelaskan lengkap dengan struktur psikometriknya, indeks kemampuan, serta makna interpretasi skor.
Keunggulan utama buku ini terletak pada kekuatan aspek praktikum. Setiap tahap administrasi Tes Inteligensi Individual dijabarkan secara rinci: mulai dari persiapan alat, etika dan kode etik psikologi, pembentukan rapport dengan klien, penyampaian instruksi, pelaksanaan subtes, teknik observasi perilaku, hingga prosedur penskoran verbal IQ, performance IQ, full scale IQ, dan original IQ. Pembaca juga dibimbing untuk memahami makna skor IQ berdasarkan klasifikasi ilmiah serta melakukan analisis mental deterioration sebagai bagian dari evaluasi klinis.
Buku ini tidak mengabaikan aspek profesionalisme dan integritas. Aturan berpakaian praktikum, protokol pelaksanaan tes, larangan dokumentasi, hingga sanksi pelanggaran kode etik dijelaskan secara tegas untuk menanamkan sikap etis sejak dini pada calon psikolog. Di setiap bab disertakan evaluasi untuk menguji pemahaman konseptual dan keterampilan praktis mahasiswa.
Tidak hanya relevan bagi dunia akademik, Tes Inteligensi Individual: Teori dan Praktik juga bermanfaat bagi praktisi psikologi yang ingin memperkuat kembali fondasi keilmuan dan ketepatan praktik asesmen. Dengan bahasa yang sistematis, berbasis riset, dan dilengkapi panduan aplikatif, buku ini menjadi rujukan penting dalam membentuk psikolog yang tidak hanya cakap secara teknis, tetapi juga matang secara etik dan profesional.
Buku ini menegaskan bahwa di balik setiap angka IQ, terdapat proses ilmiah yang panjang, tanggung jawab etik yang besar, serta potensi manusia yang harus dipahami secara utuh dan bermartabat. Sebuah pegangan penting bagi siapa pun yang ingin menekuni dunia asesmen psikologis secara serius, tepat, dan bertanggung jawab.

