Reaktualisasi Gatra Sosial Budaya

SINOPPSIS
Indonesia sedang menapaki jalan menuju satu abad kemerdekaan pada 2045, sebuah momentum emas yang akan menentukan apakah bangsa ini mampu berdiri sejajar dengan kekuatan dunia. Namun, di balik optimisme itu, kita dihadapkan pada tantangan besar: eksklusi sosial, disinformasi digital, krisis kesehatan mental, degradasi lingkungan, hingga polarisasi identitas. Semua ini menguji ketahanan nasional yang sesungguhnya tidak hanya bergantung pada ekonomi dan militer, melainkan pada fondasi sosial budaya yang kokoh.
Buku Reaktualisasi Gatra Sosial Budaya hadir sebagai peta jalan strategis untuk menempatkan gatra sosial budaya sebagai poros utama pembangunan menuju Indonesia Emas 2045. Disusun oleh para pemikir dan praktisi dari Lemhannas RI, buku ini menyajikan sepuluh agenda penting: membangun kesejahteraan sosial inklusif, memperkuat literasi digital, menjaga kesehatan mental, mengokohkan ketahanan keluarga, menegakkan kerukunan sosial, merevitalisasi budaya dan identitas nasional, mengarusutamakan kesetaraan gender dan disabilitas, memperkuat ketahanan ekologis, menegakkan etika media sosial, hingga mengelola kecerdasan artifisial secara berdaulat.
Setiap bab memadukan analisis mendalam dengan strategi kebijakan yang aplikatif. Misalnya, bagaimana inklusi sosial dapat mencegah fragmentasi masyarakat, atau bagaimana literasi digital menjadi benteng melawan hoaks dan propaganda. Buku ini juga menegaskan bahwa ancaman eksklusi sosial dan ketimpangan bukan hanya masalah domestik, melainkan dapat menjadi pintu masuk intervensi asing, sehingga inklusi sosial sekaligus merupakan strategi pertahanan non-militer yang vital.
Ditulis dengan bahasa yang jernih namun tetap sarat data, buku ini bukan sekadar bacaan akademis, melainkan kompas kebijakan bagi pemerintah, akademisi, masyarakat sipil, hingga generasi muda. Ia adalah undangan untuk bergerak bersama, memperkuat ketahanan sosial budaya, dan meneguhkan komitmen kebangsaan di tengah guncangan global.
Reaktualisasi Gatra Sosial Budaya membuktikan satu hal: visi Indonesia Emas 2045 tidak akan terwujud hanya dengan pembangunan fisik atau ekonomi semata, melainkan dengan bangsa yang inklusif, toleran, berbudaya, sehat, serta berdaulat dalam teknologi dan nilai kebangsaannya.