SINOPSIS
Di tengah percepatan reformasi birokrasi dan gelombang digitalisasi yang mengubah wajah pelayanan publik, kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi salah satu pilar terpenting dalam menentukan kualitas tata kelola pemerintahan. Namun, meningkatkan kinerja ASN bukan sekadar urusan menegakkan aturan, melainkan kemampuan menyeimbangkan dua fondasi yang kerap dianggap bertentangan: kedisiplinan dan fleksibilitas. Buku Peningkatan Kinerja: Kedisiplinan dan Fleksibilitas hadir untuk menjelaskan bagaimana kedua aspek itu tidak hanya dapat berjalan beriringan, tetapi justru menjadi kekuatan baru yang mendorong birokrasi menuju kelas dunia.
Melalui kajian teoritis, regulatif, dan empiris, buku ini memaparkan bagaimana evolusi penegakan disiplin ASN—dari PP 53/2010 hingga PP 94/2021—membentuk standar profesionalisme yang lebih jelas, tegas, dan berorientasi pembinaan. Disiplin dipahami bukan semata hukuman, tetapi mekanisme moral, etika kerja, dan instrumen integritas yang menjaga kualitas pelayanan publik. Berbagai studi lapangan dari Bengkulu, Lampung Utara, Buleleng, hingga Aceh Jaya mengungkap bagaimana disiplin bekerja di lapangan: mulai dari efektivitas regulasi, tantangan pengawasan, hingga dinamika budaya organisasi yang memengaruhi kepatuhan pegawai.
Namun birokrasi modern tidak dapat bertumpu pada disiplin saja. Buku ini membawa pembaca pada pergeseran besar dalam manajemen ASN global—munculnya fleksibilitas kerja sebagai strategi peningkatan produktivitas. Dengan membandingkan praktik dari Finlandia, Inggris, Kanada hingga pengalaman DKI Jakarta dalam menerapkan Flexible Working Hours, Work From Home, dan model kerja hibrida, buku ini menegaskan bahwa fleksibilitas bukan ancaman bagi disiplin. Justru, fleksibilitas yang dikelola dengan teknologi, pengukuran kinerja digital, dan akuntabilitas berbasis hasil mampu menciptakan pegawai yang lebih sehat, produktif, dan adaptif terhadap perubahan cepat.
Tidak berhenti pada persoalan individu, buku ini menguraikan peran digitalisasi sebagai mesin akselerasi reformasi birokrasi. Dari SPBE, e-presensi, integrasi data nasional, layanan berbasis cloud, hingga indeks global seperti UN EGDI dan OECD Digital Government Index, pembaca diajak memahami bagaimana birokrasi digital menata ulang proses kerja, merumuskan kebijakan berbasis data, serta membangun pelayanan publik yang cepat, transparan, dan efisien. Studi internasional dari Estonia, Korea Selatan, dan Singapura menunjukkan bahwa transformasi digital hanya berhasil ketika didukung budaya organisasi adaptif, kepemimpinan visioner, dan kompetensi digital yang kuat—sebuah pelajaran penting bagi Indonesia.
Dengan susunan bab yang sistematis—dari kerangka teori, praktik disiplin, kebijakan fleksibilitas, digitalisasi, pembelajaran global, hingga rekomendasi implementasi—buku ini menjadi rujukan komprehensif bagi ASN, akademisi, perencana kebijakan, mahasiswa administrasi publik, serta siapa pun yang ingin memahami bagaimana kinerja birokrasi dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.
Pada akhirnya, Peningkatan Kinerja: Kedisiplinan dan Fleksibilitas menegaskan bahwa masa depan birokrasi Indonesia berada pada kemampuan menyatukan ketegasan aturan dengan kelincahan adaptasi. Inilah buku yang menyajikan pemahaman mendalam, berbasis data, dan relevan untuk memandu birokrasi merespons tantangan zaman—mewujudkan pelayanan publik yang profesional, responsif, dan berorientasi hasil.
PENINGKATAN KINERJA: Kedisiplinan dan Fleksibilitas
Availability:
Out of stock
Rp79.000
Stok habis

