SINOPSIS
Bonus demografi bisa menjadi anugerah atau kutukan—tergantung
pada bagaimana sebuah bangsa mengelolanya.
Ledakan usia produktif seharusnya menjadi mesin pertumbuhan
ekonomi. Namun potensi itu hanya bisa terwujud bila seluruh elemen
masyarakat terlibat aktif dalam roda ekonomi. Salah satu indikator
utamanya adalah konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari
separuh GDP Indonesia. Maka, menjaga agar masyarakat tetap aktif secara
sosial dan ekonomis menjadi kunci pertumbuhan berkelanjutan.
Di tengah momentum bonus demografi, Indonesia menghadapi
tantangan besar: kualitas SDM yang belum sepenuhnya siap, rendahnya
penyerapan tenaga kerja terdidik, serta tekanan dari teknologi, robotisasi,
dan kecerdasan buatan yang kian menyempitkan peluang kerja di sektor
formal.
Ironisnya, sektor informal justru tumbuh pesat dan menjadi penopang
utama kehidupan masyarakat. UMKM, aktivitas komunitas, dan gig
economy terus berkembang, seiring dengan perubahan karakter generasi
muda yang semakin memilih jalur kerja yang fleksibel, mandiri, dan
berbasis minat.
Di sinilah muncul paradoks ketenagakerjaan: teori bonus demografi
menyatakan bahwa potensi pertumbuhan ekonomi hanya dapat
dimanfaatkan jika negara mampu mempersiapkan SDM unggul,
menciptakan lapangan kerja produktif, dan membangun infrastruktur
teknologi untuk menopang sektor formal yang berdaya saing. Namun
kenyataannya, justru sektor informal, UMKM, dan aktivitas ekonomi
berbasis komunitaslah yang menjadi penopang utama kehidupan ekonomi
masyarakat.
Buku ini menawarkan pendekatan eventonomics—strategi ekonomi
berbasis aktivitas, komunitas, dan partisipasi. Dengan mengaktifkan
potensi lintas generasi melalui hobi, keterampilan, dan aktivitas sosial, kita
dapat menggerakkan ekonomi dari bawah ke atas. Inilah salah satu kunci
strategis untuk memanfaatkan bonus demografi —bukan dengan
menunggu industri besar menciptakan lapangan kerja, tetapi dengan
memberdayakan aktivitas ekonomi dari bawah, menuju visi Indonesia
Emas 2045.